Sektor Logistik Disebut Bakal Moncer Tahun Depan, Ini Alasannya

Sektor Logistik Disebut Bakal Moncer Tahun Depan, Ini Alasannya

    JAKARTA - Sektor pelayaran dan juga logistik dipercaya akan terus membaik seiring dengan perbaikan ekonomi nasional. Kondisi ini didukung oleh semakin terkendalinya pandemi Covid-19 oleh pemerintah dan multipihak lainnya. Indonesia Value Investor, Rivan Kurniawan, mengatakan bahwa di tahun depan tren positif emiten - emiten yang bergerak di bidang pelayaran dan logistik akan melanjutkan kinerja positifnya. Hal ini karena ada beberapa katalis yang menjadi faktor pendorong kinerja dua industri itu membaik. "Pertama, adanya kebijakan pemerintah yang terus memperbaiki layanan bongkar muat produk ekspor impor di pelabuhan. Selain itu waktu tunggu (dwelling time) juga terus diperbaiki sehingga beban biaya dari proses yang cepat saat bongkar muat hingga dwelling time ini menjadi turun signifikan," ujar Rivan, dikutip Minggu (12/12/2021). Rivan mengatakan, jika pada tahun 2016 lalu waktu tunggu (dwelling time) di pelabuhan mencapai 5,5 hari, lebih lama dibandingkan Malaysia dan beberapa negara tetangga yang berkisar hanya 1-2 hari. Kini waktu tunggu sudah menurun menjadi 2-3 hari saja. BACA JUGA: Akademisi: Tak Cukup Hanya Pertumbuhan Ekonomi Yang Meningkat, Tapi Harus Berkualitas Kemudian untuk waktu bongkar muat juga terus membaik. Rata - rata waktu bongkar untuk barang impor sekitar 117 menit dan realisasinya sekitar 109 menit. Kemudian untuk waktu bongkar muat barang ekspor lebih cepat dimana standarnya 85 menit namun dalam realisasinya lebih cepat menjadi 72 menit. "Kedepan dengan adanya berbagai pembenahan seperti integrated platform dwelling time ini bisa ditekan hingga menjadi 1 hari, ini dampak ke emiten dari biaya tentu lebih efisien. Sama dengan dwelling time menjadi lebih sebentar sehingga profitabilitas meningkat," ungkap Rivan. Katalis positif lainnya adalah penurunan Baltic Dry Index yang tentunya sangat berpengaruh pada kinerja emiten yang bergerak di sektor ini. Saat ini rata-rata Baltic Index hanya sekitar 5.000 dari sebelumnya yang sempat melonjak di semester I 2021 lalu di atas 10.000. "Kalau harga Baltic index naik terlalu tinggi ini nggak baik karena transportasi biaya jadi lebih tinggi. Kalau harga yang dicharge lebih tinggi tentu akan menekan frekuensi perdagangan secara signifikan," pungkas dia. (git/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: