News

Israel Bantah Terlibat Dalam Kecelakaan Helikopter Presiden Iran hingga Tewas

fin.co.id - 21/05/2024, 10:00 WIB

Presiden Iran, Ebrahim Raisi

FIN.CO.ID-  Pemerintah Israel membantah terlibat dalam kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi yang jatuh dengan Helikopter pada Minggu 19 Mei 2024 waktu setempat. 

"Pesan yang dikirim Israel ke negara-negara di dunia adalah bahwa Tel Aviv tidak ada hubungannya dengan insiden tersebut" demikian laporan Channel 13 Israel.

Israel pada Apri lalu sempat membuat dunia tegang. Iran menghujani ratusan rudan ke Israel namun 90 persen rudal itu diatasi. 

BACA JUGA:

Seranga Iran itu sebagai balasan atas tewasnya pejabat militer mereka yang diserang doren Israel. 

Media Iran, Kantor Berita Mehr menyebut, Ebrahim Raisi dan sejumlah pejabat di dalam pesawat tewas akibat kecelakaan itu, termasuk Menteri Luar Negeri Iran Negeri Hossein Amirabdollahian, dan Gubernur Provinsi Azerbaijan Timur, Malek Rahmati dan seoran Imam Masjid, para staf keamanan serta awak Helikopter.

Pesawat yang ditumpangi ditemukan hancur di. Para tim penyelamat menyebut bahwa tidak ada yang ditemukan semalat.

Kecelakaan itu terjadi ketika Raisi dan rombongan kembali dari upacara pembukaan bendungan di Perbatasan Iran dengan Azerbaijan. 

Sebanyak 7 orang dilaporkan tumpangi helicopter itu termasuk Imam masjid, dan staf keamanan serta awak helicopter.

Ada tiga helikopter yang menempuh jalur tersebut, namun helikopter yang membawa Presiden Iran itu kehilangan kontak dengan dua lainnya.

"Dua helikopter lainnya dalam konvoi pejabat yang sama tiba di tujuan dengan selamat," kata para pejabat.

BACA JUGA:

"Kondisi cuaca buruk dan ketidakmungkinan melewati daerah tersebut telah menghambat operasi pencarian dan penyelamatan", kata kepala Korps Pengawal Revolusi Iran Pirhossein Koulivand. 

Raisi tewas dalam usia 63 tahun. Dia merupakan seorang politisi garis keras dan konservatif. Dia terpilih sebagai presiden pada tahun 2021 setelah gagal menjabat pada tahun 2017.

Sebagai tokoh politik terkemuka, ia dipandang sebagai pesaing untuk menggantikan pemimpin tertinggi Ayatollah Khamenei. Sebagai presiden, dia menindak perbedaan pendapat di dalam negeri.

Afdal Namakule
Penulis