BRI Danareksa Sekuritas: Tahun Depan IHSG di Kisaran 7.300-7.550

BRI Danareksa Sekuritas: Tahun Depan IHSG di Kisaran 7.300-7.550

    JAKARTA - BRI Danareksa Sekuritas memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengungguli kinerja Indeks LQ45 pada 2021. Dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih korporasi pada kisaran 12 persen, maka pergerakan IHSG tahun 2022 diperkirakan berada di rentang 7.300-7.550. Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas, Friderica Widyasari Dewi, mengatakan IHSG mengungguli LQ 45 sejak Januari 2021. IHSG melesat 12,4 persen (year-to-date), lebih tinggi dari Indeks LQ 45 2021 yang hanya tumbuh 3 persen. "Kami memproyeksi pertumbuhan laba bersih korporasi pada kisaran 12 persen, sehingga target IHSG tahun depan di 7.300-7.550," kata Friderica dalam Webinar Kagama bertajuk "Review Perekonomian 2021 Dan Outlook 2022", dikutip Minggu (19/12/2021). BACA JUGA: Pertumbuhan Ekonomi RI Tahun 2022 Diramal 4-4,8 Persen, Inflasi 2,2-3,5 Persen BRI Danareksa Sekuritas mengidentifikasi dua tema utama arah investasi di pasar saham untuk 2022. "Kedua tema ini memberikan peluang untuk meningkatkan kinerjanya: The Proxies and Growth The Green and New Economy Proxies," jelas Friderica. Beberapa sektor di IHSG memimpin kenaikan harga saham. "Termasuk saham dari bank kecil yang tidak termasuk dalam Indeks LQ 45, didukung sentimen digitalisasi perbankan," ujar Friderica. Selama ini, Indeks LQ45 memang jarang mengungguli IHSG. Terakhir kali Indeks LQ 45 mengungguli IHSG terjadi pada 2014 dan 2017. Pada sebagian besar tahun, kinerja IHSG lebih besar karena ditopang minat yang lebih besar terhadap preferensi sektor ekonomi baru yang akan datang. BACA JUGA: BKPM: Target Investasi 2022 Rp1.200 Triliun Dengan optimisme pasar yang muncul pada saat itu dari rencana vaksinasi Covid-19, membuat IHSG menguat dalam pekan pertama Januari 2021. Kekuatan pasar pada saat itu bersifat sementara karena ketidakpastian stimulus fiskal Amerika Serikat setelah pemilihan presiden ditambah gelombang pandemi Covid-19 di India akibat varian Delta. Di Indonesia, situasi memburuk pada pertengahan tahun karena langkah-langkah, pemberlakuan pembatasan mobilitas sosial yang ketat menghambat pemulihan ekonomi. "Namun dampak positif tindakan ini membuat terkendalinya kurva pandemi, yang pada gilirannya menyebabkan aktivitas ekonomi yang kuat dan kepercayaan diri lebih tinggi," ujar Friderica. BACA JUGA: Nilai Transaksi Harian BEI Sepekan Terakhir Susut 16,67 Persen Jadi Rp12,53 Triliun Jumlah investor pasar modal per November 2021 mencapai 7,15 juta SID. Pencapaian tersebut menunjukkan pertumbuhan 84% dibanding akhir 2020 yang mencapai 3,88 juta SID. Tahun lalu jumlah investor tumbuh 56 persen dibanding akhir 2019, yakni 2,48 juta SID. Tahun 2019 jumlah investor tumbuh 53 persen dibanding akhir 2018 yang mencapai 1,61 juta SID. Sebaran investor domestik per November 2021 dirasa belum merata dan masih berpusat di Pulau Jawa dengan porsi mencapai 69,87 persen. Sisanya adalah Sumatera 16,53 persen, Kalimantan 5,39 persen, Sulawesi 3,93 persen, Bali-NTB-NTT 3,33 persen, dan Maluku-Papua 0,95 persen. "Ini membutuhkan literasi dan edukasi, serta pengembangan infrastruktur IT, seperti jaringan internet, menjadi faktor utama dalam peningkatan investor pasar modal, terutama di luar Pulau Jawa," pungkas Friderica. (git/fin)

admin

Tentang Penulis

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI

google news icon

Sumber: