Demokrat Pasrah Soal Cawapres Prabowo Subianto, Tapi Kalau AHY Diminta Tetap Siap

Demokrat Pasrah Soal Cawapres Prabowo Subianto, Tapi Kalau AHY Diminta Tetap Siap

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat menyampaikan pidato politik di Istora Senayan, Jakarta Pusat--

Yakni tetap tenang dan tidak langsung frontal dan langsung bereaksi keras.

"Harusnya tenang seperti PKS belum menunjukkan menyetujui atau menolak, kemudian setelah dipikirkan matang-matang baru menentukan pilihan. Manis mainnya PKS itu," kata Panji.

BACA JUGA:

Berbeda dengan Partai Demokrat yang terlalu reaktif menanggapi dinamika politik tersebut hingga akhirnya tidak mungkin kembali mendukung Anies Baswedan.

Ia juga menilai, jika Partai Demokrat mengusung Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo tidak memiliki posisi tawar. 

Demokrat hanya menjadi pengikut saja dalam koalisi karena merupakan partai terakhir yang masuk koalisi. 

Sementara itu, jika Partai Demokrat masih berada di dalam koalisi yang mendukung Anies, semestinya Demokrat punya posisi tawar meski tidak mendapatkan kursi cawapres.

Menurut Panji, dengan tawar-menawar mengusung Anies tanpa posisi cawapres, Demokrat akan mendapatkan porsi lebih banyak kursi di kabinet jika Anies Baswedan terpilih menjadi presiden.

Sayangnya, Demokrat mengunci posisi cawapres. "Yang namanya politik tidak bisa mengunci seperti itu, ada dinamika-dinamika dan penyesuaian. Dengan bergabungnya PKB seharusnya menambah kekuatan kemenangan, dan Demokrat punya posisi tawar karena dari awal mengusung Anies, tapi sekarang posisi itu lepas," kata dia.

BACA JUGA:

Begitu juga efek ekor jas dari sosok Anies Baswedan sebagai capres tentu akan menguntungkan Demokrat karena loyalis Anies Baswedan berpotensi memberikan suara mereka juga pada Demokrat di Pemilu legislatif 2024. Hal itu kini lepas dari genggaman Demokrat.

Ketika mau bergabung ke koalisi yang mengusung Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto sebagai calon presiden, Demokrat tidak punya posisi tawar untuk kursi cawapres.

"Pas jadi presiden, Prabowo atau Ganjar yang didukung Demokrat, Demokrat juga tidak punya kekuatan juga untuk mendapatkan porsi kursi di kabinet karena menjadi barisan paling belakang masuk koalisi. Makanya sikap reaktif ini menurut saya merugikan Demokrat sendiri," ucapnya.

Kemungkinan sikap reaktif dari Partai Demokrat terhadap dinamika politik pilpres tersebut menurut dia bisa saja karena kader dan pengurus partai tersebut masih muda baik soal umur atau pun soal berpolitik.

"Saya rasa politik itu tidak ada yang hitam atau putih, Demokrat bisa saja kembali ke KPP namun tentu belum tentu menjadi penentu, ibaratnya jadi anak baru di koalisi. Atau yang memungkinkan merapat ke Prabowo," ujarnya.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: