Zaitun Simanullang

Zaitun Simanullang

Wartawan Radar Indramayu Adun Sastra (kanan) dan Syech Panji.-Radar Indramayu-DNN---

Maka ributlah media sosial. Berhari-hari. Berminggu. Apalagi ada pula jamaah wanita yang dalam salat itu berdiri di saf depan. Itu dianggap menyeleweng dari praktik keagamaan. Kok wanita tidak berdiri di belakang laki-laki. 

Siapa wanita tersebut?

Itu tak lain adalah istri Syech Panji sendiri.

Saya pun ngobrol panjang dengan Syech Panji. Lewat telepon genggam. Ternyata Syech Panji itu orang Madura, hanya saja lahir di Gresik. Tepatnya di desa Dukun, Kecamatan Sidayu. Leluhurnya yang dari Sampang.

"Waktu saya lahir, Dukun itu masuk Kabupaten Surabaya. Gresik itu masih kecamatan," kenangnya. 

Ayah Syech Panji adalah kepala desa di Dukun. Begitu tamat sekolah rakyat (SD), ayahnya minta Panji melanjutkan sekolah ke Pondok Pesantren Peterongan, Jombang. Ia pun diajak ke sana. Kebetulan pamannya di pondok Peterongan, sebelah timur Jombang.

"Sama-sama di pondok saya akan pilih di Maskumambang saja. Sama saja. Lebih dekat rumah," katanya mengingat waktu kecil.

Lalu Panji diajak pula melihat pondok di Kaliwungu, sebelah barat Semarang. Ada paman yang lain di pondok Kaliwungu.

Akhirnya Panji memilih sekolah di Pondok Modern Gontor, Ponorogo. Yakni pondok yang siswanya harus bisa bahasa Arab dan bahasa Inggris –yang masih langka di zaman itu. Santri pondok Gontor juga campur antara yang NU dan Muhammadiyah. 

Dari Gontor, Panji meneruskan kuliah di IAIN Syarief Hidayatullah, Ciputat, Jakarta. Ia mengambil jurusan sulit: Adab. Yakni sastra Arab dan Islam. IAIN Ciputat saat itu diakui yang paling maju kajian Islamnya. Tokoh-tokoh pemikir Islam lahir dari sana. Termasuk pembaharu pemikiran Islam, Dr Nurcholish Madjid.

Di Ciputat Panji menjadi aktivis mahasiswa. Ia masuk Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia pernah menjadi pengurus cabang Ciputat di saat Nurcholish Madjid menjadi ketua umum PB HMI. "Saya ikut menyuarakan agar Cak Nur dipilih kembali untuk periode kedua," ujar Panji. Yakni ketika HMI mengadakan muktamar di Malang.

Setamat IAIN, Panji menjadi pengajar di Matla'ul Anwar. Yakni pesantren yang dekat dengan Golkar. Zaman itu ada sayap pendidikan Islam di Golkar. Namanya GUPPI –Gabungan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam.

Banyak sekali pesantren yang masuk GUPPI, termasuk jaringan pesantren keluarga saya di Magetan. Saya masih kelas 3 Aliyah saat itu. Sering diajak apel pemenangan Golkar.

Pesantren Peterongan dengan KH Musta'in Romli juga masuk GUPPI. Demikian juga pesantrennya KH Thohir Wijaya Blitar. Banyak sekali bantuan Golkar yang diberikan ke pesantren-pesantren grup GUPPI. Guru-gurunya diangkat jadi pegawai negeri. Madrasahnya dibangun. Fasilitasnya dilengkapi.

Itu menimbulkan kecurigaan dan kecemburuan politik yang luar biasa. Madrasah yang ''masuk Golkar'' dianggap kurang berjuang untuk Islam. Kecurigaan itu sangat tinggi karena mayoritas pondok pesantren kala itu memihak ke PPP.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Jaga Hati

19 jam

Nilai 95

5 hari

Nilai Nol

1 minggu

Perang Bukan

1 minggu

Fokus Tiga

1 minggu

Zeni

1 minggu