Operasi TMC Bantu Pengendalian Karhutla di Riau, Tinggi Muka Air Gambut Naik

Operasi TMC Bantu Pengendalian Karhutla di Riau, Tinggi Muka Air Gambut Naik

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) lakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) karhutla yang terjadi di perbatasan Dumai-Bengkalis, Riau--

RIAU, FIN.CO.ID - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di perbatasan Dumai-Bengkalis, Riau dalam sepekan ini mulai berhasil dikendalikan. Hal ini tidak lepas dari operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Operasi TMC yang dilakukan dengan operator PT Smart Cakrawala Aviation (Smart Aviation) pada 19-24 April 2023 menunjukkan keberhasilan. Hal ini ditandai dengan turunnya hujan setiap hari dan naiknya tinggi muka air tanah gambut yang sebelumnya sempat berada pada level bahaya.

Operasi TMC yang dilaksanakan di Riau terutama diarahkan ke wilayah pantai Timur Riau mulai wilayah Rokan Ilir, Dumai, Bengkalis, Pulau Meranti, Pelalawan, Siak sampai ke wilayah Indragiri Ilir.

Berdasarkan data yang diambil dari Satelit GsMap menunjukkan curah hujan spasial di wilayah Pantai Timur Riau meningkat. Misalnya di Wilayah Dumai, curah hujan spasial pada 13-18 April 2023 berkisar 10-40 mm dan setelah dilaksanakan operasi TMC pada 19-24 April menjadi 50-100 mm.

Kenaikan curah hujan secara visual juga dilaporkan oleh tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Manggala Agni, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di lokasi kerja mereka di lapangan dari foto-foto dan video yang direkam.

Naiknya curah hujan berdampak pada peningkatan tinggi muka air di lahan gambut setelah sempat turun karena kering. Sebagai contoh tinggi muka air tanah di Dumai pada 19 April 2023 sempat berada pada posisi - 59 cm atau bahaya. Sedangkan pada tanggal 23 April 2023, setelah adanya operasi TMC tinggi muka air menjadi 0 cm atau normal.

Operasi TMC juga berdampak pada terjadinya penurunan jumlah hotspot.berdasarkan data BMKG, di Dumai sempat terpantau 66 hotspot pada 23 April 2023 dan turun menjadi 0 pada  25 April 2023.

Selan itu indikator level sistem deteksi dini karhutla (Fire Danger Rating System/FDRS) dengan parameter Fine Fuel Moisture Code, tetap bertahan dalam kondisi normal, atau aman tidak mudah terbakar.

Selama operasi dilakukan, kegiatan TMC memang tidak secara langsung bisa menyemai awan untuk pertumbuhan di lokasi karhutla. Hal ini dikarenakan asap karhutla membawa inti-inti kondensasi yang sangat lembut (sekitar 0,3 mikron) dan sangat banyak yang menggangu pertumbuhan awan. Tantangan lainnya adalah aspek angin kencang.

Meski demikian upaya penyemaian awan yang berhasil diturunkan menjadi hujan di sekitar lokasi akan membilas asap di areal tersebut sehingga bisa mendorong proses penguapan air dan merangsang kembalinya tumbuh awan-awan potensial.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sahroni

Tentang Penulis

Sumber: