Safari Aladin

Safari Aladin

--

Saya juga mengingatkan agar jangan takut dikatakan tidak nasionalis hanya gara-gara tidak mau pulang. "Tetap di luar negeri pun bisa nasionalis. Indonesia perlu network yang kuat di dunia internasional," kata saya. 

Sasa yang dari Bali mengemukakan persoalan antara hobi, keinginan, dan tuntutan keluarga. Sebenarnya Sasa ingin jadi penyelam profesional. Sampai mencapai tingkat master. Lalu bisa ikut menyelamatkan coral laut.

Tapi keluarganyi di Denpasar menginginkan Sasa cepat bisa bekerja. Mencari uang. Dua adiknyi juga harus dibiayai untuk kuliah. Sasa bingung berat. Harus bagaimana.

Awalnya, saya pikir, hobi Sasa di fashion. Terlihat dari profilnyi. Maka saya sarankan agar Sasa memberontak. Terjuni hobi itu habis-habisan. Sampai menjadi sumber penghasilan. Lihat hasilnya dalam dua tahun. Kalau gagal, banting stir.

Ternyata keinginan Sasa jadi penyelam. Maka saya minta Sasa berpikir ulang. Jangan takut bekerja yang tidak cocok dengan keinginan. Terlalu banyak orang sukses lewat pekerjaan yang tidak disukai. Kuncinya sungguh-sungguh. 

Banyak yang bertanya malam kemarin. Ike mengemukakan soal kepemimpinan. Ia sendiri ketua mahasiswa Indonesia di Nanjing. Ike itu nama panggilan. Nama lengkapnyi: Eiricke Carolina de Poere. Asal Cibinong, Bogor. Berjilbab. Namanyi tidak seperti orang Sunda karena Ike masih keturunan Portugis dari kakeknyi.

Di Nanjing Ike mengambil prodi pendidikan bahasa Mandarin. Dia pernah sekolah bahasa di Guizhou, jauh di Tiongkok tenggara. Kini Ike menempuh S1 di Nanjing Shifan Daxue –IKIP-nya Nanjing.

Apakah Ike akan jadi guru bahasa Mandarin? “Saya akan bisnis. Agar ayah saya nanti tetap sibuk di usia pensiun beliau," katanya. Sang ayah ahli teh. Kini menjabat manajer senior di sebuah perusahaan teh. Sebentar lagi pensiun.

"Salah satu tugas utama pemimpin adalah menyelesaikan persoalan. Makanya harus latihan sejak dari muda: jangan pernah lari dari persoalan. Hadapi. Terjuni. Cari jalan keluarnya," kata saya. Masih banyak prinsip lainnya, tapi takut tulisan ini akan terlalu panjang.

Saya sudah sering ke Nanjing. Kota ini kian modern saja. Ketika berbuka puasa di masjid, saya pilih jalan kaki dari Hotel Jinling. Nama hotel itu diambil dari nama Nanjing di zaman kuno. 

Saya tiba di Nanjing dari Shanghai. Mampir satu malam di kota kecil Yangzhong yang baru kali ini saya datangi. 

Kami pun mengakhiri dialog pukul 21.00. Resto sudah siap-siap tutup. Sisa-sisa rasa masakan Xinjiang masih nyangkut di software otak saya. (*) 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Jaga Hati

3 hari

Nilai Wong

1 minggu

Nilai Nol

1 minggu

Perang Bukan

1 minggu

Fokus Tiga

1 minggu

Zeni

2 minggu