Bisikan Partner

Bisikan Partner

XI JINPING melambai kepada peserta kongres Partai Komunis Tiongkok di Beijing, Minggu, 23 Oktober 2022.-NOEL CELIS-AFP---

Oleh Dahlan Iskan

BARU 30 tahun lagi publik tahu: apakah kunjungan Xi Jinping ke Rusia Senin besok pagi sudah diinformasikan ke Amerika. Langkah Presiden Tiongkok itu begitu sensitif. Jinping ke Rusia di tengah suasana perang Rusia-Ukraina. Juga hanya tiga hari setelah Putin diputuskan sebagai penjahat perang yang harus ditangkap.

Presiden Rusia itu, Vladimir Putin, juga harus diajukan ke pengadilan internasional. Di Den Haag, Belanda. Kini Putin tidak bisa ke luar negeri. Ia bisa langsung ditangkap dan dibawa ke Belanda.

Tentu Rusia tidak mengakui keberadaan pengadilan internasional itu. Amerika Serikat sama saja: juga tidak mengakuinya. 

Masih banyak negara lain yang tidak mengakui. Termasuk, Tiongkok, Iraq, dan Israel. Indonesia mengakui dan aktif di dalamnya. 

Ada contoh di tahun 1999: Presiden Serbia Slobodan Milošević dinyatakan sebagai penjahat perang oleh pengadilan Den Haag tersebut. Ia diperintahkan untuk ditangkap. Tiga tahun kemudian Mikosevic diadili. Hakimnya 20 orang dari berbagai negara. Sidang itu berlangsung selama 2 tahun. Putusannya: Mikosevic dinyatakan bersalah. Ia mendalangi perang di Kosovo dan melakukan pembunuhan masal terhadap lawan politik.

Dua tahun kemudian Mikosevic ditemukan meninggal dunia. Di kamar tahanannya di Den Haag. Ia dinyatakan meninggal mendadak akibat serangan jantung. Umurnya, saat itu, 64 tahun. 

Mikosevic awalnya menjabat presiden Yugoslavia. Ketika negara itu terpecah-pecah ia menjabat presiden Serbia.

Putin bisa bernasib sama. Kalau akan keluar negeri ia harus yakin bahwa negara tujuan akan melindunginya.

Kalau kunjungan Jinping ke Rusia besok pagi itu tanpa memberi tahu Amerika lebih dulu, harus dicatat sebagai langkah yang luar biasa berani. Untuk berkunjung ke suatu negara penting, biasanya diberitahukan ke sahabat baik. Agar tidak menimbulkan sangkaan negatif. Saya yakin Jinping juga memberi tahu Amerika. Lewat jalur rahasia. Jinping bisa beralasan kunjungannya ini sebagai misi perdamaian. Yakni akan meyakinkan Putin perlunya menghentikan perang.

Minggu kemarin Tiongkok mengutus menteri luar negerinya ke Ukraina. Tentu sang Menlu sudah lapor Jinping mengenai hasil pertemuannya dengan presiden Ukraina. Lalu hasil itu dibawa Jinping ke Putin.

Tiongkok selalu mengumandangkan pentingnya dialog untuk mengatasi ketegangan. Lewat dialog itu Tiongkok baru saja mencarikan jalan keluar atas ketegangan Iran dan Arab Saudi. Keduanya bersepakat di Beijing: membuka hubungan diplomatik kembali dalam dua bulan.

Amerika bisa saja curiga: Tiongkok justru akan menguatkan hubungannya dengan Rusia. Dalam kunjungan ke Beijing dua tahun lalu Putin menyatakan hubungan Tiongkok dan Rusia adalah hubungan sahabat segala musim. Dua bulan setelah itu Putin menyerbu Ukraina. Maka ada yang berspekulasi bahwa Putin sudah membisikkan rencana serangan itu ke Jinping. Maka Tiongkok sampai sekarang tidak mau mengecam perang itu. Sikap Tiongkok resminya netral, tapi Barat menilainya pura-pura.

Bahkan ada anggapan jangan-jangan Jinping ke Rusia melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Putin di Beijing: berbisik bahwa dua bulan lagi akan menyerang Taiwan.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Aliran Sesat

1 minggu