Silicon Startup

Silicon Startup

--

SVB tidak bisa hanya mengandalkan perputaran uang startup. Bank harus tetap hidup. Maka SVB melebarkan sayap ke pendanaan real estate. Hasilnya: rugi USD 2 miliar. SVB pun merger dengan bank lokal di Santa Clara. Kantor pusat SVB pun pindah dari San Jose.

SVB juga membuka jaringan internasional. Terutama di pusat-pusat pertumbuhan teknologi baru: Inggris, Israel, India, Tiongkok. Di Tiongkok terbentur oleh peraturan lokal. Tapi bisa diatasi: SVB menggandeng bank lokal di Shanghai. Sahamnya 50:50. Maju. Bahkan SVB Shanghai mendapat izin yang sangat sulit: membuka transaksi Renminbi.

Dengan tutupnya SVB di California, tutup pula semua cabang SVB di luar negeri. Kecuali yang di Shanghai itu. Mungkin Tiongkok akan memaksa membeli saham 50 persen milik SVB dengan harga bangkrut. Atau mengundang bank Amerika lainnya untuk membelinya. Demi menjaga hubungan dengan Amerika. Hasil penjualan itu bisa masuk ke lembaga yang mengurus kebangkrutan SVB.

Penyebab kebangkrutan itu sendiri sangat klasik: nasabah ramai-ramai mengambil uang dari bank. Termasuk nasabah-nasabah besar. Morgan Stanly ada di dalamnya. Mereka mulai mendengar rumit bank itu mengalami kesulitan.

Manajemen SVB terus mencari pinjaman untuk tutup lubang. Kian lama kian ke pinjaman jangka pendek. Terakhir, bahkan, pinjaman satu malam. Harapannya, Jumat pagi bisa dapat pinjaman baru: USD 2,25 miliar. Betapa hebat kalau berhasil. Mencari pinjaman USD 2,25 miliar hanya dalam waktu satu hari. Sedalam itu lubang yang harus ditutup pagi itu. 

Ternyata gagal. Pinjaman tidak bisa didapat. Siangnya otoritas keuangan memeriksa keadaan bank itu. Sorenya diputuskan: SVB dinyatakan bangkrut. Ditutup.

Weekend lalu adalah weekend kelabu di Silicon Valley. 

Penyebab sesungguhnya masih akan lama baru terungkap. Yang jelas 60 persen pinjaman bank itu diberikan ke modal ventura dan private equity. Dua jenis perusahaan keuangan itu lantas menyalurkannya ke startup. Maka ketika balon startup-nya meletus, rentetannya bisa sampai ke SVB. Selama itu selalu bisa diatasi dengan menggali lubang baru. Lubang pun kian dalam. Lalu lempar handuk. 

SVB telah menjadi simbol kejayaan Silicon Valley. Kini salah satu simbol kejayaan itu telah runtuh. Tentu bank lain akan mengambil alih perannya. Tapi suasananya sudah akan berbeda: bank konvensional punya ideologi sendiri. Terutama dalam menghitung risiko.

Di samping pemimpin Inggris, perdana menteri Israel pun, Benjamin Netanyahu, juga langsung rapat kabinet. Begitu banyak startup Israel yang terkait dengan Bank Silicon Valley. Analisis juga dilakukan terhadap perekonomian Israel secara menyeluruh. Satu bank besar kolaps bisa menimbulkan efek domino ke bank yang lain. 

Indonesia tentu jauh dari California. Apalagi startup-nya. Kalau pun ada pengaruhnya nanti OJK toh bisa bilang: di Amerika saja salah satu bank terbesarnya bisa kolaps. (*)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Jaga Hati

10 jam

Nilai 95

5 hari

Nilai Nol

1 minggu

Perang Bukan

1 minggu

Fokus Tiga

1 minggu

Zeni

1 minggu