Listrik Atap

Listrik Atap

--

Misalnya pemerintah menerbitkan  aturan baru: membuka selebar-lebarnya investasi green energy. PLN diwajibkan menerima listrik green energy itu. Harus membeli. Pun dengan harga lebih mahal dari harga jual listrik PLN ke konsumen.

Demikian juga atap-atap pabrik diizinkan ditumpangi panel surya. Listriknya bisa dipakai pabrik itu. Pemakaian listrik dari PLN pun menurun.

Di saat mendung dan hujan pabrik pindah ke listrik PLN lagi. Dalam kasus ini, PLN hanya dipakai untuk just in case. Enaknya diambil investor, tidak enaknya dipikulkan ke PLN.

Kalau semua pabrik sudah menggunakan panel surya, betapa besar penurunan konsumsi listrik PLN di siang hari.

PLN akan senang-senang saja kalau misalnya, ''sumbangan'' dari panel surya itu terjadi di malam hari. Khususnya antara pukul 17.00 sampai 22.00. Pada jam seperti itulah PLN sangat perlu pasokan listrik. Bukan di siang hari. Sayangnya pada jam-jam itu panel surya tidak menghasilkan listrik.

Maka betapa sulitnya PLN dalam menerima penugasan green energy ini. Sampai-sampai investor panel surya mengeluh: PLN tidak mau menerima seluruh listrik yang dihasilkan oleh investor tenaga surya. PLN kini memang hanya mau menerima tenaga surya 25 persen dari total pemakaian listrik di pabrik itu. Dengan demikian yang 75 persen tetap menggunakan listrik dari PLN.

Padahal investor tenaga surya sudah telanjur bertumbuhan. Mereka datang ke pabrik-pabrik. Mereka membiayai sendiri pemasangan panel surya di atap pabrik itu. Pemilik pabrik tinggal terima listrik dari investor tenaga surya. Lalu membayar listrik ke investor. Dijamin setidaknya 10 persen lebih murah dari listrik PLN.

Maka siang hari pemilik pabrik membayar listrik ke investor tenaga surya. Sore sampai malam hari membayar listrik ke PLN.

Di mata pemerintah itu baik sekali. Target produksi listrik hijau bisa naik terus. Bagi PLN itu bencana. Baik di sisi keuangan maupun sistem kelistrikan.

Bahkan ada ide yang lebih gila lagi rasionalnya. Banyak pabrik besar, dengan atap yang luas, hanya sedikit pemakaian listriknya. Atap itu bisa menghasilkan listrik melebihi keperluannya sendiri. Kelebihan itu bisa dikirim ke pabrik lain yang atapnya tidak luas tapi pemakaian listriknya besar.

Persoalannya: dikirim lewat apa? Jaringan kabel listrik adalah milik PLN. Bolehkah kabel PLN itu dipakai mengalirkan listrik swasta yang akan membunuhnya.

Jangan-jangan ke depan PLN itu lebih menjadi perusahaan jaringan kabel listrik. Listrik siapa saja boleh lewat di situ. Bayar. Seperti mobil lewat di jalan tol.

Kalau itu terjadi, green energy bisa datang dari mana saja, dialirkan ke mana saja. PLN yang jadi go send-nya. (*)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Nilai 95

1 hari

Nilai Nol

3 hari

Zeni

1 minggu

Hari Raya

1 minggu