Tawa Duka

Tawa Duka

Suasana sarasehan para perusuh Disway dengan Dahlan Iskan di Kampung Agrinek, Cikeusik, Pandeglang, Banten, 31 Desember 2022.-Raka Denny for Disway-

Ada juga yang membawa hadiah tanpa harus diundi. Ia perusuh dari Pekalongan. Ia membawa barang yang lagi top-hot di rubrik komentar: kopi tahlil. Jadilah kopi tahlil rebutan. Banyak yang ingin mencoba seperti apa rasanya. 

BACA JUGA:Tidak Kapok

Sayang tidak ada yang membawa hadiah berupa kopi sachetan yang naik daun dua minggu terakhir. Saya sendiri tidak begitu paham mengapa kopi sachetan bikin heboh. Saya sampai minta salah seorang perusuh untuk menceritakan asbabun nuzul isu sachetan itu.

Salah seorang perusuh Tionghoa berpendidikan marketing di Los Angeles. Ia dapat tawaran kerja di sana, tapi pilih pulang ke Indonesia: untuk membuat program satu juta kacamata untuk anak orang miskin yang memerlukannya.

Latar belakangnya mengharukan. Ada anak kecil. Nilai rapornya buruk. Dimarahi terus oleh orang tuanya. Sampai si anak depresi. Belakangan baru diketahui bahwa pandangan anak itu blaur. Ia tidak bisa membaca huruf-huruf yang ditulis guru di papan tulis.

Perusuh yang satu lagi lulusan Toronto. Ilmu komputer. Ia memilih terjun ke pertanian organik. Istrinya seorang dokter. Lima tahun lagi pensiun dari BRIN. Sang istri juga ikut terjun ke pertanian organik.

BACA JUGA:Alat Puruhito

Yang sarjana matematika murni tadi, juga terjun ke pertanian: holtikultura. Di Blitar. Mula-mula sewa lahan orang lain. Sekarang sudah punya lahan pertanian sendiri.

Pak Thamrin Dahlan adalah salah seorang perusuh tertua. Usianya 70 tahun. Ia pensiunan polisi. Pangkat terakhirnya kolonel. Satu tingkat lebih tinggi dari pangkat Polwan istrinya. Pak Thamrin sudah menulis lebih 70 buku. Juga ribuan puisi.

Sedang perusuh termuda berumur 23 tahun. Masih semester 5. Agak telat. Selama pandemi ia istirahat kuliah. Ia juga melakukan sayembara. Sayembaranya disambut meriah: barang siapa punya kenalan wanita yang ingin nikah agar dihubungkan kepadanya.

Ada satu lagi yang juga masih bujangan. Tionghoa. Kerja di bidang real estate. Tapi ia sudah punya calon S3. Ia tidak perlu adakan sayembara.

BACA JUGA:Rebutan Alat

Mengapa pilih kerja di real estate? "Saya sudah bertanya ke tiga orang suhu. Tiga-tiganya sama: hoki saya di bisnis yang terkait dengan tanah," katanya. 

Ia memang pernah bisnis pakaian. Gagal. Dagangan bajunya laris sekali, tapi tidak bisa jadi uang. "Ternyata pakaian itu masuk kategori kayu. Saya diramal tidak sukses di bisnis yang terkait dengan kayu," tambahnya.

Begitu total ia terjun ke bidang real estate, sampai-sampai harus belajar fengsui. Ia harus tahu rumah seperti apa, menghadap ke mana, tangganya berapa, dan di sebelah mana diletakkan pintunya.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Tiyo Bayu Nugro

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Jaga Hati

36 menit

Nilai Nol

1 minggu

Perang Bukan

1 minggu

Fokus Tiga

1 minggu

Zeni

1 minggu