Marah Dewi

Marah Dewi

--

Awalnya saya sendiri juga punya persepsi seperti dokter yang bertanya tersebut: menyamakan protein-sel dengan protein biasa seperti protein yang sudah kita kenal. Yakni protein yang kita konsumsi lewat makanan itu; protein ikan atau protein telur. 

Sebenarnya dalam tulisan yang lalu saya sudah menyebut ''protein-sel''. Artinya bukan protein biasa. Tapi karena ada nama protein di depannya, tetap saja menimbulkan salah pengertian.

Melihat banyaknya salah pengertian itu, saya pun mengajukan pertanyaan baru kepada drh Yuda: "Mengapa Anda menggunakan istilah protein-sel? Mengapa tidak pakai nama ilmiahnya saja, sekratom?"

Sampai tulisan ini harus dikirim ke Disway, drh Yuda belum memberikan jawaban.

Saya pun menghubungi Dr dr Karina yang full keriting itu. Jelaslah bahwa protein-sel yang dimaksud drh Yuda, menurut Karina, adalah ya sekratom itu.

Sekratom adalah makanan sel. Maka untuk memudahkan pemahaman disebut saja protein-sel. 

Yang jelas sekratom bukanlah protein seperti yang terdapat dalam ikan atau telur.

Karina bahkan pernah meneliti sekratom untuk pengobatan Covid-19. Yang belum lagi tuntas sudah heboh besar itu. Di tengah proses penelitian dia sudah dibuat repot oleh pemanggilan-pemanggilan. Karina diadili sebagai pelanggar prinsip kedokteran.

Mungkin justru lebih enak dokter hewan seperti Yuda. Yang lebih bisa bergerak di luar etika dokter.

Tentu banyak perbedaan antara Karina dan Yuda. Karina dokter manusia yang pernah menyuntik hewan piaraannyi. Yuda dokter hewan yang banyak menyuntik manusia.

Karina cantik, necis, modis. Yuda acak-acakan, cuek, kucel, ngelombrot dengan rambut awut-awutan.

Dua-duanya peneliti sel. Dua-duanya doktor. Karina di UI, Yuda di Korea Selatan. 

Beda lain antara Karina dengan drh Yuda adalah cara menemukan sumber sekratom itu. 

Yuda mendapatkan sekratom dari sel yang dibiakkan. Dalam istilah Karina, sekratom itu didapat dari ''kolam sel''.

Sel memang punya ''kolamnya'' sendiri. Yang membentuk ''kolam sel'' itu adalah sel itu sendiri. Sel manusia itu, kata Karina, selalu memuntahkan cairan. Cairan itulah yang membentuk ''kolam''. Ajaibnya, sel hanya bisa hidup di ''kolam'' sekratom. Tanpa ''kolam'' sekratom sel itu ibarat ikan tanpa air: mati. Atau kurus sakit-sakitan.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Air Amran

5 hari

Air Emas

6 hari

Alvin Hotman

1 minggu

Sopir Salim

1 minggu