Kepala BMKG: Patahan Cugenang Pemicu Gempa Cianjur Belum Teridentifikasi Sebelumnya

Kepala BMKG: Patahan Cugenang Pemicu Gempa Cianjur Belum Teridentifikasi Sebelumnya

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau langsung lokasi terdampak gempa bumi di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, pada Selasa, 22 November 2022. --

JAKARTA, FIN.CO.ID - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan selama ini patahan Cugenang, pemicu gempa Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, belum teridentifikasi.

Dwikorita mengatakan, di Indonesia sudah teridentifikasi 295 patahan aktif. 

Namun patahan Cugenang yang ini belum termasuk yang teridentifikasi. 

BACA JUGA:Kejagung Tetapkan Eks Dirut PT Synerga Tata Tersangka Kasus Ekspor Daging Sapi dan Rajungan PT Surveyor Ind

"Jadi ini yang baru saja ditemukan atau teridentifikasi," kata Dwikorita dalam konferensi pers daring, Kamis 8 Desember 2022.

Dwikorita mengatakan zona patahan Cugenang menjadi penting untuk diperhatikan lantaran harus dikosongkan apabila ada yang akan melakukan rekonstruksi atau pembangunan ulang kembali.

"Jadi kalau membangun kembali, belum tahu patahan yang ada di mana. Dikawatirkan zona yang patah atau bergeser itu akan dibangun lagi, dan kurang lebih 20 tahun kemudian akan runtuh lagi," ujar Dwikorita.

Sehingga menurut Dwikorita, penemuan atau penetapan zona patahan ini sangat vital dalam mendukung pembangunan kembali rumah-rumah yang rusak.

BACA JUGA:Penemuan Mayat Dalam Rumah di Bekasi Mirip dengan di Kalideres, Tidak Ditemukan Luka di Tubuh Korban

Dwikorita mengatakan salah satu dasar pertimbangan untuk menentukan strike, atau patahan, adalah rupture atau pecahnya permukaan tanah yang lurus atau sebagai manifestasi dari perpotongan bidang patahan dengan permukaan lintasan.

Menurutnya strike ini yang harus diwaspadai, dan dihindari saat membangun kembali. Sebab patahannya merupakan patahan aktif yang baru teridentifikasi.

Kemudian berdasarkan mekanisme gempa-gempa susulan yang direkam oleh sensor-sensor BMKG, sampai sekarang sudah lebih dari 400 kali kejadian gempa susulan.

Patahan yang digambarkan dengan garis putus-putus tegak lurus dari Desa Nagrak hingga Desa Ciherang ke arah timur laut adalah jalur yang nantinya harus kosong dari hunian, dan tidak boleh dibangun lagi, kata Dwikorita.

Sebab jika terjadi gempa susulan kurang lebih 20 tahun lagi, bangunan-bangunan di sekitar lokasi patahan akan terdeformasi dan bisa mengalami getaran yang kuat dan menyebabkan keruntuhan.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: