BALI, FIN.CO.ID - Sebagai pemegang tampuk Presidensi G20 di tahun ini, Pemerintah Indonesia mendorong tercapainya sebuah konsensus bersama seluruh negara anggota G20 dalam bentuk Leaders’ Declaration.
Kesepakatan yang dihasilkan bertujuan untuk mencapai solusi bersama dalam mengatasi berbagai krisis dan tantangan global yang tengah terjadi saat ini.
Sebagai Ketua Sekretariat Gabungan Sherpa Track dan Finance Track Presidensi G20 Indonesia tahun 2022, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengungkapkan bahwa Leaders’ Declaration tersebut, masih akan diputuskan dalam dua hari pembahasan di KTT G20 yang diselenggarakan di Bali pada 15-16 November 2022.
BACA JUGA: Menko Airlangga Sarankan Amazon Web Services Bangun Pusat Pendidikan di Indonesia
“Kita optimis untuk terciptanya dokumen keluaran utama dari KTT G20 yang draft-nya telah dibahas dan disepakati dalam Pertemuan Sherpa beberapa hari lalu," Sesmenko Susiwijono dalam wawancara dengan Kompas TV.
"Hal ini menunjukkan komitmen luar biasa dari Sherpa G20 dan semua negara yang hadir, sebab mereka ingin mendorong adanya deklarasi dari KTT G20 di Bali ini. Hal tersebut juga akan sesuai dengan KTT sebelumnya, karena seluruh dunia berharap adanya solusi untuk menyelesaikan tantangan global,” sambungnya.
Di sisi lain, Sesmenko Susiwijono juga menuturkan bahwa di tengah bayangan ketidakpastian kondisi perekonomian global di tahun depan, perekonomian Indonesia akan tetap bertumbuh baik karena didukung oleh beberapa sektor utama.
Termasuk dari sektor transportasi dan hospitality yang akhir-akhir ini bertumbuh baik dengan adanya penyelenggaraan event G20 di beberapa kota besar Indonesia.
BACA JUGA: Sesmenko Susiwijono Ungkap Beragam Manfaat Presidensi G20
Dalam ketidakpastian perekonomian global yang sekarang menjadi tantangan di dunia, jelas Sesmenko Susiwijono, proyeksi perekonomian nasional di 2023 masih di atas 5% dan ini jauh di atas global.
Kalau dibandingkan dengan 19 negara anggota G20 lainnya, Indonesia berada di peringkat ke-2 atau di bawah India yang diperkirakan tumbuh mencapai 6,1% tahun depan.
“Untuk tingkat inflasi kita sudah turun ke 5,7% dari September 2022 sebesar 5,9% yang disebabkan kenaikan harga BBM. Sektor andalan kita, misalnya manufaktur masih tumbuh tinggi, bahkan untuk sektor transportasi itu tumbuh 25,8% (yoy)"
"Jadi sektor tersebut, dan juga sektor makanan-minuman, akomodasi, pariwisata itu tumbuh double digit, misalnya akomodasi tumbuh 17,8%. Jadi kita yakin bisa tumbuh di atas 5%,” kata Sesmenko Susiwijono.
BACA JUGA: Menko Airlangga: Indonesia Berkomitmen Bangun Perekonomian Rendah Karbon
Menyoal tentang manfaat penyelenggaraan event G20 sepanjang tahun 2022 untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Sesmenko Susiwijono jauh lebih besar daripada yang telah diperkirakan melalui suatu survei pada awal penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia di Desember 2021 lalu.