Ada Alasan Mengapa Gen Z Lebih Rentan Depresi dari Generasi Sebelumnya, Ini Penjelasan Ahli

Ada Alasan Mengapa Gen Z Lebih Rentan Depresi dari Generasi Sebelumnya, Ini Penjelasan Ahli

Gen Z Lebih Rentan Depresi, Ilustrasi oleh Enrique Meseguer dari Pixabay--

JAKARTA, FIN.CO.ID - Oleh sebagian orang mereka yang lahir antara tahun 1996-2022, atau disebut sebagai Generasi Z atau Gen Z, dikenal sebagai generasi yang lemah secara mental.

Hal ini salah satunya dikaitkan dengan angka bunuh diri, melibatkan mereka yang masuk dalam kategori Gen Z.

Menurut Presiden Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia (INASP) Dr. Sandersan Onie, kaum muda dewasa ini memang lebih rentan berurusan dengan yang namanya depresi.

BACA JUGA:Catat, Kata Jokowi Gen Z dan Gen Milenial Harus Punya Tiga Keahlian Ini

BACA JUGA:Ini Alasan Mengapa Kaum Wanita Lebih Rentan Depresi Dibandingkan Pria

Gen Z lebih rentan akan depresi menurut Dr. Sandesan Onie, ada hubungannya dengan tantangan hidup yang harus dihadapi mereka, dibandingkan mereka dari generasi sebelumnya.

Persaingan di dunia nyata termasuk juga persaingan di jagat maya, di mana mereka harus berhadapan dengan persona yang tampak sempurna dalam postingan di medsos, menambah pelik masalah ini.

"Anak saat bertumbuh tidak cuma dibandingkan dengan kakak, adik atau teman, tapi di media sosial dibandingkan dengan anak dari seluruh dunia," jelas Dr. Sandersan Onie, via ANTARA.

Di luar itu, Dr. Sandersan Onie memberikan apresiasinya terhadap Gen Z, yang ia anggap berani dalam mengakui kerapuhan diri mereka.

Jadi ketimbang memendam sendiri, mereka yang Gen Z ini punya kecenderungan utnuk berbagi, which is bagus untuk diri mereka dalam upaya mencari pertolongan medis.

Dr. Sandersan Onie juga menambahkan bahwa melabeli Gen Z sebagai generasi yang lemah bukanlah perbuatan yang bijak dilakukan orang dewasa yang mendahului mereka.

Sosok dewasa diharapkan mampu memberikan contoh terbaik, dalam menjaga kesehatan mental, khususnya untuk mereka yang lahir setelahnya.

Pentingnya Hidup Bahagia

Menurut pakar, bahagia itu menyehatkan lantaran efek yang diberikannya terhadap tubuh manusia.  

“Beberapa studi menunjukan bahwa kebahagiaan dan kenikmatan hidup, dapat menurunkan risiko masalah kesehatan,” kata pakar bernama Susan Damico, MA, seperti dikutip Prevention.  

Adapun beberapa masalah kesehatan  yang dimaksudkan Damico, adalah seperti masalah jantung dan hipertensi, selain manfaatnya terhadap sistem kekebalan tubuh.  

Tidak hanya itu, mereka lebih bahagia dan menikmati hidup mereka, dilaporkan punya umur yang lebih panjang dibandingkan mereka yang tidak demikian.  Temuan ini dirilis para peneliti pada Journal of Happiness Studies

Cara Mengatasi Depresi

Satu-satunya solusi akan masalah ini, menurut ahli adalah dengan mencari pertolongan medis. Ketika teratasi, maka potensi kematian yang disebabkan depresi pun menurun.

Orang Depresi Suka Musik Sedih

Anda pastinya tahu jika musik memiliki efeknya tersendiri terhadap mood manusia.  

Bagi kebanyakan orang, musik mungkin tidak meninggalkan banyak kesan, namun berbeda dengan mereka yang depresi.  

Menurut sebuah studi, sebagaimana dilaporkan Digest, pada mereka yang depresi, musik bisa menjadi teman tersendiri bagi mereka dengan kondisi ini.  

Akan tetapi bukan sembarang musik. Menurut studi yang dirilis pada jurnal Emotion itu, musik dengan energi yang rendah, dalam hal ini musik sedih, merupakan penenang jiwa bagi yang depresi.

Namun bertentangan dengan apa yang dikira banyak orang, musik sedih ini, dapat digunakan sebagai media yang bahkan mampu mengangkat semangat dan mood mereka.  

Menurut para partisipan yang terlibat dalam studi, yang dilakukan peneliti dari University OF South Florida di AS itu, musik sedih dibanding jenis musik lain, memiliki efek yang mampu merelaksasi tubuh dan menenangkan pikiran.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Makruf

Tentang Penulis

Sumber: