JAKARTA, FIN.CO.ID - Pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menganjurkan masyarakat makan sagu buntut dari harga beras yang terus meroket menuai kritik.
Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menilai, anjuran semacam itu tidak menyelesaikan masalah.
BACA JUGA: Airlangga Bareng Dewa-19 Galang Donasi Korban Kanjuruhan dan MTsN 19 Pondok Labu
“Sebagai respon atas terus meningkatnya harga beras walaupun stok cukup, menurut saya, tidak bisa hanya menganjurkan substitusi pangan pokok seperti beras untuk pindah ke sagu," kata Johan, dikutip Minggu 9 Oktober 2022.
Menurutnya, anjuran tersebut tidak solutif. Mengingat, urusan beras ini sensitif dan menyangkut kebiasaan konsumsi turun temurun.
"Jadi, Pemerintah jangan terlalu menunjukkan kegagalannya dalam mengelola persoalan harga beras saat ini dengan anjuran seperti itu” tegas Johan.
Politisi PKS ini menegaskan bahwa seorang menteri Pertanian bertanggung jawab penuh untuk membela kepentingan petani dalam urusan kegiatan Pertanian.
BACA JUGA: Lagi, Ganjar Dapat Dukungan DPW PPP Sumut Jadi Capres di Pemilu 2024
Harusnya, ada kebijakan pertanian yang membela kepentingan petani agar situasi terus meroketnya harga beras juga berdampak memberi keuntungan kepada petani.
Namun yang terjadi malah sebaliknya, petani kita tidak menikmati kenaikan harga beras.
"Hal ini harusnya tugas menteri untuk memperjuangkan nasib petani yang terus terpuruk akibat sistem yang tidak membela petani,” sambungnya.
Johan juga menilai potensi sagu di tanah air juga belum dikembangkan dengan baik. Padahal, kebutuhan terhadap sagu juga terus meningkat setiap tahun.
BACA JUGA: KKB Papua Masuk Kategori Teroris
“Hal ini menjadi tantangan Kementan ya, untuk menjadikan sagu bisa mendukung program pangan alternatif dengan mengembangkan potensi lokal agar menjadi kekuatan pangan lokal, yang tentunya tidak bisa secara tiba-tiba mampu mensubstitusi posisi beras sebagai pangan pokok strategis di tanah air”, tambahnya lagi.
Wakil rakyat dari Dapil NTB 1 ini berharap Pemerintah lebih serius mengelola pasar besar di tanah air sebab menurut Johan, pasar beras adalah pasar yang sensitif terhadap perubahan, termasuk ancaman krisis pangan global menjadi faktor pendorong fluktuasi harga beras.