Menkeu Wanti-wanti BI Berhati-hati Melakukan Pengetatan Moneter, Jangan Sampai Bikin Perekonomian Jadi Ambyar

Menkeu Wanti-wanti BI Berhati-hati Melakukan Pengetatan Moneter, Jangan Sampai Bikin Perekonomian Jadi Ambyar

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati.--

JAKARTA, FIN.CO.ID -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Inderawati mengingatkan Bank Indonesia (BI) agar berhati-hati dan tetap cermat, ketika mengeluarkan kebijakan pengetatan moneter. 

Menkeu mengatakan, pengetatan moneter yang berlebihan justru bisa merusak momentum pertumbuhan ekonomi yang sedang terjadi saat ini. 

(BACA JUGA:Jokowi Warning Kepala Daerah: Kalau Harga Beras Naik Rp200 atau Rp500 Perak Segera Intervensi!)

(BACA JUGA:Jokowi Pertimbangkan Beli Minyak Mentah Rusia, Apa Konsekuensinya?)

Sebagaimana diketahui, pengetatan moneter juga merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan BI untuk "mendinginkan" tingkat inflasi yang saat ini sudah cukup tinggi. 

Pernyataan tersebut disampaikan Menkeu saat berbicara dalam forum Bloomberg Live di Singapura, Senin 12 September 2022. 

Menkeu kemudian mencontohkan, salah satu upaya yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meredam tingkat inflasi yaitu melalui koordinasi dengan para kepala daerah dan pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi sumber tekanan harga dalam pasokan pangan atau biaya energi.

"Itu benar-benar terserah bank sentral (BI). Itu sebabnya mereka akan memutuskan apakah inflasi saat ini akan mempengaruhi ekspektasi inflasi secara lebih permanen, maka sudah waktunya bagi bank sentral untuk bertindak," kata Sri Mulyani. 

(BACA JUGA:Pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen Seksi 1 Dimulai, Jasa Marga Targetkan Rampung Kuartal I-2024)

(BACA JUGA:Dampak Hacker Bjorka Bikin Resah, Jokowi Bentuk Tim khusus Atasi Kebocoran Data)

Namun demikian, penggunaan instrumen yang berlebihan seperti suku bunga acuan "dapat membunuh seluruh pemulihan ekonomi" dan yang terbaik adalah menggunakannya "tanpa berlebihan atau menciptakan konsekuensi yang tidak diinginkan". 

Bank sentral memiliki alat lain termasuk rasio cadangan bank dan langkah-langkah makroprudensial untuk menstabilkan harga, katanya.

Sebagaimana diketahui, pertemuan BI untuk membahas antara lain tingkat suku bunga dijadwalkan pada 22 September, dengan analis memperkirakan setidaknya akan ada kenaikan 25 basis poin lagi, setelah kenaikan suku bunga kenaikan suku bunga mengejutkan bulan lalu.

Pemerintah telah memperkirakan bahwa inflasi yang mendekati level tertinggi dalam 7 tahun dapat meningkat lebih lanjut menjadi 6,8 persen tahun ini, setelah harga bahan bakar subsidi dinaikkan 30 persen bulan ini.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: