Pemanasan Global Picu Munculnya Wabah? Ini Penjelasan Ahli Mikrobiologi Universitas Esa Unggul

Pemanasan Global Picu Munculnya Wabah? Ini Penjelasan Ahli Mikrobiologi Universitas Esa Unggul

Guru Besar Mikrobiologi dari Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Prof. Dr. Maksum Radji, M. Biomed.--(dok.UEU)

JAKARTA, FIN.CO.ID -- Beberapa bulan terakhir ini banyak dibicarakan oleh para ahli tentang hubungan antara perubahan iklim dan pemanasan global dengan ancaman munculnya wabah baru penyakit menular. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan juga Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan pentingnya untuk terus mempertahankan kenaikan suhu maksimal 1,5 derajat Celsius, guna mencegah dampak bencana kesehatan terkait dengan perubahan iklim.

Guru Besar Mikrobiologi dari Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Prof. Dr. Maksum Radji, M. Biomed., mengatakan bahwa betul terdapat kaitan yang sangat erat antara pemanasan global dengan munculnya berbagai jenis mikroba patogen penyebab wabah penyakit menular.

Menurut Prof. Maksum, pemanasan global yang disebabkan oleh adanya peningkatan emisi gas rumah kaca, pemanasan atmosfer, gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, curah hujan ekstrem, banjir, badai, kenaikan permukaan laut, pengundulan hutan dan hilangnya kawasan lahan hijau, mengakibatkan dampak buruk terhadap ketidakseimbangan alam atau ekosistem.

“Pemanasan global”, tambah dia. “memunculkan berbagai jenis strain dan varian baru bakteri dan virus, terutama mikroorganisme yang tergolong zoonosis."

Prof. Maksum menjelaskan bahwa berdasarkan hasil berbagai studi yang telah dilakukan merebaknya wabah baru atau munculnya kembali wabah, sekitar 70 persen dibawa oleh vektor atau zoonosis yang ditularkan oleh binatang ke manusia. Salah satu contohnya, misalnya peningkatan suhu dapat memperpanjang umur vektor nyamuk, sedangkan kekeringan dapat membawa vektor binatang pengerat masuk ke dalam lingkungan pemukiman penduduk, manakala binatang pengerat pembawa bakteri atau virus patogen ini mencari makanan.

“Penelitian terbaru menemukan bahwa perubahan iklim mempercepat penyebaran virus antar spesies yang menyebabkan semakin sering munculnya wabah penyakit manular melalui vektor nyamuk, burung, kelelawar, tupai, musang dan binatang pengerat lainnya," kata Prof. Maksum.

“Sebagai contoh misalnya”, dia menambahkan, “wabah pandemi COVID-19 yang telah menyebabkan lebih dari 6,4 juta kematian dari lebih dari 607,5 juta kasus seluruh dunia, awalnya diduga berasal dari kelelawar yang terinfeksi di Wuhan, China. Demikian pula wabah penyakit lainnya seperti SARS, MERS dan Ebola, Zika, Flu burung, dll. merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus patogen yang telah berpindah dari hewan ke manusia," tandasnya.

Menurut Prof Maksum, berdasarkan berbagai studi telah disimpulkan bahwa munculnya berbagai mutasi virus patogen, melompatnya virus binatang ke manusia dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Sebagaimana dilansir dari https://asianews.network/ tanggal 23 Agustus 2022 yang lalu, disebutkan bahwa selama beberapa dekade terakhir, pemanasan global yang dipicu oleh emisi gas rumah kaca telah meningkatkan penyebaran dan keparahan dari sekitar 100 penyakit di seluruh dunia.

Dampak pemanasan global terhadap sebaran mikroba patogen

Menjawab pertanyaan tentang faktor apa saja yang dapat menyebabkan meningkatkan penyakit menular selama ini, Prof. Maksum menjelaskan bahwa pemanasan global dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).

Mengutip laman https://theconversation.com/58-of-human-infectious-diseases tanggal 8 Agustus 2022 yang lalu, Prof. Maksum menambahkan bahwa, perubahan iklim membawa mikroba patogen lebih dekat pada manusia. Misalnya, pemanasan atau perubahan pola genangan air dapat mengubah distribusi nyamuk, yang merupakan vektor berbagai mikroba patogen pada manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan geografis wabah penyakit yang dibawa nyamuk seperti malaria dan demam berdarah telah dikaitkan dengan bahaya perubahan iklim ini. Selain itu, perubahan iklim dapat mengubah pola perilaku manusia. Misalnya, selama gelombang panas, orang sering menghabiskan lebih banyak waktu di air. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan wabah penyakit yang ditularkan melalui air, antara lain penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Vibrio yang menyebabkan wabah diare meningkat secara signifikan di beberapa negara setelah gelombang panas di Skandinavia utara beberapa tahun yang lalu.

Faktor lainnya, kata Prof. Maksum adalah “pemanasan global berkaitan erat dengan perubahan kondisi lingkungan yang dapat meningkatkan patogenisitas mikroorganisme sehingga menyebabkan penyakit yang lebih parah. Sebagai contoh misalnya, banjir, hujan lebat dan genangan air serta buruknya pembuangan limbah dan terganggunya pasokan air minum, menyebabkan wabah kolera, diare, hepatitis A, hepatitis E, leptospirosis, acanthamoebiasis, kriptosporidiosis, siklosporiasis, giardiasis, rotavirus, shigellosis, dan demam tifoid. Genangan air juga dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit seperti demam kuning, demam Lembah Rift, deman berdarah Dengue, chikungunya, malaria, demam West Nile, ensefalitis St. Louis, dan leishmaniasis. Demikian pula kenaikan suhu juga dapat membantu virus menjadi lebih tahan terhadap panas, sehingga meningkatkan keparahan penyakit karena virus mampu beradaptasi dengan demam dalam tubuh manusia."

“Perubahan iklim dapat mempengaruhi sistem kemampuan tubuh manusia dalam mengatasi mikroba patogen. Bencana yang disebabkan oleh pemanasan global, seperti banjir, pengunsian, kerusakan akibat bencana lainnya menyebabkan orang-orang tinggal dalam kondisi padat yang mungkin kekurangan sanitasi yang baik, sehingga menyebabkan manusia lebih rentan terhadap paparan mikroba patogen. Selain itu penurunan respon imunitas tubuh juga dapat disebabkan karena malnutrisi, peningkatan stres akibat bencana alam, sehingga dapat menyebabkan penurunan respons kekebalan tubuh," paparnya.

Penyakit yang perlu diwaspadai akibat pemanasan global

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sahroni

Tentang Penulis

Sumber: