Harga Minyak Dunia Kembali Melemah, Merespon Potensi Kenaikan Besar Suku Bunga The Fed

Harga Minyak Dunia Kembali Melemah, Merespon Potensi Kenaikan Besar Suku Bunga The Fed

ILustrasi - Tambang minyak dunia. FOTO: Dr StClaire - Pixabay.-ilustrasi-

 

JAKARTA, FIN.CO.ID -- Harga minyak kembali melemah, Kamis, namun  memangkas hampir semua kerugian setelah jatuh lebih dari USD4 di awal sesi karena investor fokus pada prospek kenaikan suku bunga Amerika yang agresif akhir bulan ini. Sebagaimana diketahui, kenaikam suku bunga yang agresif dapat membendung inflasi tetapi pada saat bersamaan menekan permintaan minyak.

Harga mibyak dunia kembali melemah, dimana harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman September, patokan internasional, turun 47 sen, atau 0,5 persen menjadi USD99,10 per barel dan menyelesaikan sesi ketiga berturut-turut di bawah USD100. 

(BACA JUGA:IHSG 15 Juli 2022 Berpeluang Menguat, Deretan Saham Ini Jadi Rekomendasi Analis)

 

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Agustus, melemah 52 sen atau 0,5 persen menjadi USD95,78 per barel.

 

Demikian mengutip laporan  Reuters,  di New York, Kamis 14 Juli 2022 atau Jumat 15 Juli 2022 pagi WIB.

 

Kedua kontrak menyentuh posisi terendah pada sesi Kamis yang berada di bawah penutupan 23 Februari, sehari sebelum Rusia menginvasi Ukraina, dengan Brent mencapai level terendah sejak 21 Februari.

 

Bank sentral Amerika Federal Reserve (The Fed) terlihat meningkatkan pertempurannya dengan inflasi yang melesat ke tingkat tertinggi 40 tahun, dengan kenaikan suku bunga 100 basis poin bulan ini setelah laporan inflasi yang suram menunjukkan tekanan harga meningkat. Pertemuan kebijakan Fed dijadwalkan pada 26-27 Juli.

 

Kenaikan suku bunga Fed diperkirakan mengikuti langkah serupa oleh Bank of Canada yang mengejutkan pasar pada Rabu.

(BACA JUGA:Tak Terpengaruh Cadangan Amerika dan Inflasi yang Meningkat, Harga Minyak Dunia Bergerak Positif)

 

"Langkah The Fed akan berdampak besar pada pasar saat kita melihat mereka mencoba mencerna data ekonomi terbaru tentang inflasi," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, New York.

 

Harga minyak jatuh dalam dua pekan terakhir di tengah kekhawatiran resesi meski terjadi penurunan ekspor minyak mentah dan produk olahannya dari Rusia di tengah sanksi Barat dan gangguan pasokan di Libya.

 

Investor juga berbondong-bondong menuju dolar, sering dilihat sebagai aset  safe-haven.  Indeks Dolar (Indeks DXY) mencapai level tertinggi 20 tahun, Rabu, membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli non-AS, tetapi sedikit mundur pada sesi Kamis.

 

"Indikator teknikal menunjukkan putaran terendah yang baru karena dolar AS terus mendominasi dalam mendorong arah harga minyak," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.

(BACA JUGA:Harga Emas Antam 14 Juli 2022 Naik, Harganya Per Gram Jadi Segini)

 

Di Eropa, sinyal juga  bearish  untuk permintaan dengan Komisi Eropa memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi dan menaikkan ekspektasi tingkat inflasi menjadi 7,6 persen.

 

Kekhawatiran pembatasan Covid-19 di beberapa kota di China untuk mengendalikan kasus baru dari subvarian yang sangat menular juga membatasi harga minyak.

 

Impor minyak mentah harian China sepanjang Juni merosot ke level terendah sejak Juli 2018, karena penyuling mengantisipasi langkah-langkah penguncian untuk mengekang permintaan, menurut data bea cukai, Rabu.

 

Data dari Badan Informasi Energi Amerika juga menunjukkan perlambatan permintaan, dengan pasokan produk menyusut jadi 18,7 juta barel per hari, tingkat terendah sejak Juni 2021. Persediaan minyak mentah naik, didukung pelepasan dalam jumlah besar lainnya dari cadangan strategis.

(BACA JUGA:Harga Emas 14 Juli 2022 Rebound Dari Level Terendah Satu Tahun, Ini Penyebabnya)

 

Presiden AS Joe Biden akan terbang ke Arab Saudi, Jumat, di mana dia bakal menghadiri pertemuan puncak sekutu Teluk dan meminta mereka untuk memompa lebih banyak minyak.

 

Namun, kapasitas cadangan di Organisasi Negara Eksportir Minyak hampir habis, dengan sebagian besar produsen memompa pada kapasitas maksimum, dan tidak jelas berapa banyak tambahan yang dapat dibawa Arab Saudi ke pasar dengan cepat.

 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: