SUDAH beberapa bulan terakhir, permukaan bumi dirusuhkan oleh kehadiran virus yang sejak awalnya diduga akibat budaya mengkonsumsi makanan ekstrim seperti kelelawar yang ternyata menyimpan virus yang namanya begitu menggoda Corona.
Adalah hukum alam bahwa setiap makhluk hidup dihadirkan Tuhan ke muka bumi dengan tugasnya masing-masing. Seperti kelelawar yang bertugas menangkap virus corona dan menyimpan di dalam tubuhnya.
Namun kadang keserakahan manusialah yang iseng mengkonsumsi makhluk yang bukan untuk makanan seperti kelelawar itulah yang mengakibatkan virus corona yang seharusnya tersimpan di tubuh kelelawar jadi lepas tak terkendali dan sekaligus merusak ekosistem bumi.
Setelah banyak korban bertumbangan akibat virus corona (Covid-19), masyarakat kesehatan internasional akhirnya mengeluarkan himbauan agar masyarakat melakukan pengisolasian diri untuk mencegah penyebaran lebih luas lagi.
[caption id="attachment_443027" align="alignleft" width="696"]
Seorang wanita menjual gel disinfektan sebagai tindakan pencegahan dalam menghadapi pandemi global Covid-19, di Guatemala City (Foto Johan Ordonez/Afp)[/caption]
Sungguh himbauan yang konsekuensinya sangat berat karena dapat membunuh seluruh sendi-sendi perekonomian global. Matinya perekonomian justeru adalah pembunuh yang paling sadis dan lebih menyeramkan dibandingkan Covid-19 yang menakutkan itu.
Dunia saat ini membutuhkan solusi yang lebih praktis dan efektif untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh Covid-19 terhadap kelangsungan hidup manusia di bumi.
Di suatu kesempatan kami bersama dengan beberapa jurnalis menyempatkan diri bertandang ke pusat riset Doktor Warsito Purwo Taruno yang penemuan-penemuannya sangat fenomenal di dunia saint internasional.
Mengawali pembicaraan hasil riset dan analisa data yang dilakukan secara sederhana, Warsito Purwo Taruno. Ia ilmuwan penemu ECCT (Electro Capacitive Cancer Treatment). Alat pembasmi kanker yang telah berhasil menyembuhkan ribuan penderita kanker.
”Jika Covid-19 tinggal di dalam tubuh kelelawar (dugaan awalnya), maka tempat yang paling tidak disukai oleh kelelawar (dan virus yang dibawanya) adalah tempat yang dipenuhi oleh sinar matahari,” ucapnya mengawali perbincangan.
Menurut Warsito cara enginer membasmi virus corona (dan virus-virus lainnya) ternyata sangatlah sederhana yaitu mesin mandi sinar ultraviolet (UV).
[caption id="attachment_443025" align="alignleft" width="800"]
Bus di Cina di dalamnya dilengkapi lampu ultraviolet untuk membunuh mould, jamur atau Virus Corona (Foto: Istimewa)[/caption]
Dan Warsito pun berpendapat, bahwa mesin inkubator UV Made In Indonesia (dikembangkan oleh Profesor Raldi Artono Koestoer) adalah kandidat alat yang efektif untuk mematikan Covid-19, baik yang sudah menginfeksi tubuh maupun yang masih menempel di luar.
Menurut dia, spektrum ultraviolet (UV) bisa berinteraksi langsung dengan virus, dan berefek pada kematian pada virus. ”Upayakan sesering dan selama mungkin mandi sinar UV, dan selain matahari, sinar UV bisa didapat dari paparan lampu jenis UV yang dijual secara bebas,” imbuh Warsito.
”Dan inkubator yang ramah dompet yang dikembangkan oleh Profesor Raldi itu prinsipnya adalah pemanfaatan sinar gelombang UV yang dihasilkan dari penyalaan lampu UV,” urainya.