”Tentu bukan hal asing bila kita melihat di pagi hari, bayi-bayi (mudah-mudahan termasuk kita ketika masih bayi) dijemur di bawah sinar matahari pagi untuk kesehatannya,” gurau Warsito.
Sebuah ironi buat kita semua yang seharusnya terus kita lakukan namun kita abaikan demi mengejar kepentingan isi dompet dan memelihara rapih jiwa pemalas diri.
Mungkin sudah waktunya kembali saling mengingatkan untuk memelihara pola hidup sehat, bukan saja dengan pola musiman seperti yang dianut negeri ini yang rusuh berbenah diri kala sudah ada serangan dan kembali bermalas-malasan bila serangan telah pergi.
Pola hidup sehat dengan makan makanan sehat, olah raga teratur, istirahat cukup, yang diajarkan guru-guru kita di sekolah yang bahkan mungkin tidak dilakukan oleh sebagian guru yang mengajarkan, memang sudah waktunya kita terapkan dalam hidup kita tanpa mengenal musim.
[caption id="attachment_443029" align="alignleft" width="696"]
Seorang pendukung Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengambil bagian dalam protes menentang Kongres Nasional dan Mahkamah Agung sambil mengenakan masker pelindung untuk mencegah penyebaran Virus Corona di Brasilia, Minggu (15 /3). (Foto Nelspn Almeida/Afp)[/caption]
Mengingat Covid-19 terbukti semakin merebak dan terus mengepung kita dengan kecepatan gerak yang tidak dapat diprediksi adalah cukup bijak jika masyarakat mengapresiasi saran Warsito dengan secara kontinyu mengupayakan adanya gelombang sinar ultraviolet di area tempat tinggal kita sebagai upaya pencegahan Covid-19 berhenti berbiak dan berpotensi menyerang kita.
Hal seperti itu telah dilakukan di Cina yang dalam waktu singkat telah berbenah dan memasang lampu-lampu dengan sinar ultraviolet di semua fasilitas umum seperti bus, kereta api, dan ruang-ruang publik lainnya. ”Jadikan rumah kita sebagai inkubator yang mampu melindungi kita dari virus corona.”
”Mencegah adalah lebih baik, karena sakit akibat terpapar Covid-19 belum bisa diobati secara klinis dan tuntas,” ucap Warsito mengakhiri obrolan ringan. (ful)