Biomassa Jadi Senjata Baru Indonesia Hadapi Krisis Energi dan Iklim

fin.co.id - 14/11/2025, 16:05 WIB

Biomassa Jadi Senjata Baru Indonesia Hadapi Krisis Energi dan Iklim

fin.co.id - Indonesia menegaskan komitmennya dalam transisi menuju energi bersih berbasis kehutanan melalui sesi Talkshow di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP30) UNFCCC yang berlangsung di Belem, Brasil, pada 13 November 2025.

Acara bertema “The Future of Industrial Plantation Forest in Contributing to Renewable Energy: Raw Materials and Investment” ini menghadirkan kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan asosiasi usaha kehutanan untuk memperkuat peran hutan tanaman industri (HTI) dalam mendukung agenda FOLU Net Sink 2030 serta target net-zero emission Indonesia tahun 2060 atau lebih cepat.

Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, Ir. Laksmi Wijayanti, menyampaikan bahwa transisi menuju energi bersih bukan lagi pilihan, tetapi keharusan bagi setiap negara yang berkomitmen pada keberlanjutan.

“Dalam jalur keberlanjutan global ini, hutan tanaman industri memiliki peran strategis dan transformatif yang sering kali belum sepenuhnya diperhatikan,” ujar Laksmi.

Ia menambahkan, pemerintah telah mengarahkan pembangunan hutan tanaman industri tidak hanya sebagai penghasil kayu legal, tetapi juga sebagai sumber utama biomassa berkelanjutan yang mendukung pengurangan emisi karbon.

“Pemerintah menyediakan iklim investasi hijau melalui kejelasan regulasi, insentif berkelanjutan, dan standar legalitas hutan seperti SVLK sebagai paspor hijau untuk setiap produk biomassa. Dengan kolaborasi dan inovasi, hutan kita akan menjadi solusi konkret bagi transformasi ekonomi dan kesejahteraan sosial,” tambahnya.

Staf Ahli Menteri Bidang Revitalisasi Industri Kehutanan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, Novia Widyaningtyas, menjelaskan bahwa Indonesia terus memperkuat komitmen iklimnya melalui peningkatan target pengurangan emisi nasional.

“Indonesia telah meningkatkan ambisi penurunan emisi dari 29 persen menjadi 31,89 persen tanpa syarat, dan dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan dukungan internasional. Komitmen ini dituangkan dalam Enhanced NDC yang mengarahkan Indonesia menuju FOLU Net Sink 2030,” jelas Novia.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa sistem sertifikasi SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian) menjadi pilar penting untuk memastikan jejak keberlanjutan sektor kehutanan Indonesia di pasar global.

“Melalui SVLK, kami memastikan bahan baku energi berbasis hutan memiliki keterlacakan dan keberlanjutan yang kuat. Lebih dari 2,4 juta sertifikat telah diterbitkan untuk mendukung industri berbasis kayu dan energi biomassa. Ini membuktikan bahwa kebijakan kehutanan Indonesia tidak hanya visioner, tetapi juga implementatif di lapangan,” imbuhnya.

Wakil Ketua Komite Jasa Lingkungan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Iwan Setiawan, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki peluang strategis untuk menjadikan hutan tanaman industri sebagai pilar utama dalam transisi menuju energi bersih.

“Melalui pengembangan biomassa berkelanjutan, termasuk integrasi industri dari hulu ke hilir, pemanfaatan spesies cepat tumbuh, serta optimalisasi lahan marjinal, APHI berkomitmen mendukung agenda FOLU Net Sink 2030 dan target NDC Indonesia,” kata Iwan.

Ia menambahkan bahwa praktik terbaik dari Jepang, Korea, Finlandia, dan Eropa telah membuktikan bahwa biomassa dapat menjadi solusi energi yang kompetitif apabila didukung oleh kebijakan yang konsisten, tata kelola yang kuat, dan kemitraan jangka panjang.

“APHI mengajak seluruh pemangku kepentingan—pemerintah, pelaku industri, perbankan, dan investor global—untuk bersama memperkuat ekosistem energi hijau berbasis kehutanan. Indonesia memiliki potensi areal yang cukup luas untuk pengembangan hutan tanaman energi, peluang besar untuk co-firing PLN, serta basis sertifikasi SVLK yang memastikan legalitas dan keberlanjutan produksi. Ini saatnya mempercepat investasi biomassa, memperluas multi-usaha kehutanan, dan membuka jalan bagi masa depan energi terbarukan yang berdaya saing dan inklusif bagi masyarakat sekitar hutan,” imbuhnya.

Melalui forum COP30 ini, Indonesia menegaskan bahwa pengelolaan hutan yang lestari bukan hanya solusi iklim, tetapi juga motor pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan. Sinergi antara kebijakan, inovasi, dan investasi hijau menjadi fondasi menuju masa depan energi bersih yang rendah karbon dan inklusif. (*)

Sahroni
Penulis