MEGAPOLITAN . 12/11/2025, 22:41 WIB
fin.co.id – Kelanjutan penyelidikan kasus yang mengguncang Ibu Kota, yakni ledakan bom rakitan di SMAN 72 Jakarta Utara, kini memasuki babak baru. Sorotan tertuju pada kondisi terkini anak berkonflik dengan hukum (ABH) yang diduga menjadi pelaku utama.
Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto, angkat bicara mengenai kondisi ABH tersebut. Budi menginformasikan bahwa terduga pelaku kini masih menjalani proses pemulihan intensif di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Gawat! ABH tersebut ternyata harus menjalani operasi di bagian kepala. Budi juga menegaskan, setelah operasi penting ini, ABH didampingi secara ketat oleh tim terpadu medis RS Polri, termasuk penanganan psikologis.
"Penanganan psikologis, ada langkah-langkah lain setelah operasi, yaitu operasi plastik, bedah plastik. Nah ini lagi ditangani dalam proses pemulihan," jelasnya, Rabu, 12 November 2025.
Polisi tidak bekerja sendirian dalam menangani kasus ini, terutama terkait pemulihan mental terduga pelaku. Polda Metro Jaya menggandeng Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Kerja sama ini penting. Polisi memastikan semua elemen terkait perlindungan anak harus terlibat penuh dalam proses ini. "Jadi semua komponen, elemen terkait tentang perlindungan anak, itu harus dilibatkan," ungkap Budi, menunjukkan komitmen terhadap aspek hukum anak.
Saat ini, polisi memilih untuk belum membeberkan detail bahan peledak yang digunakan ABH karena masih dalam penanganan penyidik.
Di tengah isu yang merebak, Kombes Budi Hermanto menegaskan satu hal penting: aksi ABH ini tidak terafiliasi dengan jaringan teroris mana pun. Pernyataan ini sekaligus menepis spekulasi liar yang beredar di publik.
"Terhadap motif kemarin sudah disampaikan oleh Densus, bahwa tidak terafiliasi dengan jaringan teror mana pun," tegasnya.
Polisi kini fokus mendalami motif sesungguhnya. Isu yang paling kuat beredar saat ini adalah perundungan (bullying). "Kalau isu ataupun info yang beredar saat ini tentang perundungan, pasti akan didalami oleh penyidik dalam hal ini," sambungnya.
Insiden ledakan ini sendiri terjadi begitu cepat dan meninggalkan trauma mendalam. Seorang siswa kelas 10 berinisial A (16), yang saat itu sedang menunaikan salat Jumat di dalam masjid, menceritakan detik-detik mengerikan.
A menceritakan, setelah khutbah selesai, tiba-tiba terjadi ledakan keras di dalam Masjid. Situasi langsung kacau, asap mengepul memenuhi area, dan guncangan terasa kuat.
Dia bersama jemaah lain langsung berhamburan keluar. Sepuluh menit kemudian, ledakan keras kembali terdengar. "Kenceng banget terus, terus, pas udah kosong mesjidnya, meledak lagi," kata A.
A baru sadar, darah mengucur dari kepala kanannya akibat terkena serpihan. Beruntung, luka sobeknya kecil dan tidak memerlukan jahitan lanjutan setelah diobati di UKS.
Secara keseluruhan, dampak insiden ini sangat parah. Total 54 orang mengalami luka-luka dan harus dilarikan ke berbagai rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ), RS Yarsi, dan RS Pusat Pertamina. Kasus ini menjadi alarm keras tentang perlunya pengawasan ketat terhadap isu kesehatan mental dan perundungan di lingkungan sekolah. - Candra Pratama/Disway -
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com