Ngeri! Putin Instruksikan Rusia Bersiap Gelar Uji Coba Bom Nuklir Skala Besar

fin.co.id - 07/11/2025, 19:37 WIB

Ngeri! Putin Instruksikan Rusia Bersiap Gelar Uji Coba Bom Nuklir Skala Besar

Presiden Rusia Vladimir Putin (Sputnik-OANA - ANTARA)

fin.co.id - Ketegangan nuklir kembali membayangi dunia. Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah menginstruksikan pejabat tinggi Kremlin untuk mengajukan proposal terkait kemungkinan menggelar uji coba senjata nuklir yang jika benar terjadi, akan menjadi tes nuklir pertama Rusia sejak berakhirnya Perang Dingin lebih dari tiga dekade lalu.

Laporan ini pertama kali diungkapkan oleh Politico pada Rabu (5/11/2025), dan menyebut langkah Putin sebagai respons terhadap instruksi Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang pekan lalu memerintahkan Pentagon untuk “segera memulai” tes senjata nuklir baru.

Instruksi ini menandai babak baru rivalitas nuklir antara dua negara superpower dunia, Rusia dan Amerika Serikat, yang selama ini saling menuduh satu sama lain melanggar kesepakatan pengendalian senjata.

Putin Minta Kajian Lengkap Tentang Kemungkinan Tes Nuklir

Dalam pernyataannya di hadapan Dewan Keamanan Rusia, Putin meminta Menteri Pertahanan Andrei Belousov, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, serta unit militer dan sipil terkait untuk memperdalam kajian kelayakan uji coba nuklir.

Putin menegaskan perlunya “proposal terkoordinasi tentang kemungkinan dimulainya proses persiapan tes senjata nuklir.”

Sementara itu, Menhan Andrei Belousov dalam rapat yang sama mengatakan, “akan sangat layak untuk segera memulai persiapan tes senjata nuklir berskala besar.”

Namun, Kremlin lewat juru bicara Dmitry Peskov mencoba meredam kekhawatiran internasional dengan menegaskan bahwa “presiden tidak memberikan perintah langsung untuk melakukan tes,” melainkan hanya meminta studi kelayakan.

Rusia Baru Saja Uji Coba Senjata Poseidon dan Rudal Burevestnik

Ketegangan ini muncul hanya beberapa hari setelah Rusia mengumumkan keberhasilan uji coba torpedo nuklir Poseidon, sebuah senjata bawah laut yang dirancang untuk menghancurkan kawasan pantai secara luas.

Selain itu, Rusia juga mengklaim telah sukses melakukan uji coba rudal jelajah nuklir Burevestnik, yang memiliki jangkauan tak terbatas dan kemampuan menghindari sistem pertahanan udara modern.

Kabar tersebut memicu reaksi keras dari Trump, yang kemudian menginstruksikan Pentagon untuk mempercepat uji coba nuklir Amerika sebuah keputusan yang dikecam oleh kelompok anti-nuklir dan lembaga pengawasan internasional.

Langkah Putin ini seolah membangkitkan kembali bayang-bayang Perang Dingin, masa di mana Amerika Serikat dan Uni Soviet berlomba memperbanyak stok dan mengembangkan bom nuklir dengan daya ledak besar.

Sebagai catatan, Uni Soviet terakhir kali melakukan tes bom nuklir pada tahun 1990, sementara Amerika Serikat terakhir pada 1992.

Setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991, kedua negara menandatangani serangkaian perjanjian pengendalian senjata nuklir, termasuk Strategic Arms Reduction Treaty (START), yang bertujuan mengurangi jumlah dan pengawasan ketat terhadap persenjataan nuklir dunia.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah perjanjian penting seperti INF Treaty (Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty) telah runtuh, dan situasi politik global semakin memperkeruh hubungan Washington–Moskow.

Ironisnya, meskipun berbagai negara menyerukan perdamaian, laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada tahun ini mengungkapkan bahwa jumlah total senjata nuklir di dunia justru meningkat.

Derry Sutardi
Penulis