fin.co.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berencana mengirim tim ke Rusia untuk mempelajari potensi uji coba vaksin kanker Enteromix di Indonesia. Vaksin ini dikembangkan oleh Federal Medical and Biological Agency (FMBA) Rusia dengan teknologi mRNA, serupa dengan vaksin COVID-19, dan diklaim memiliki efikasi 100 persen pada uji klinis awal kanker kolorektal.
Dukungan dan Catatan Penting
Langkah ini disambut positif karena menunjukkan komitmen pemerintah dalam mencari terobosan pengobatan kanker. Namun, sejumlah epidemiolog mengingatkan bahwa uji coba vaksin baru harus dilakukan dengan kehati-hatian penuh. Proses ilmiah yang transparan, hasil riset yang terpublikasi, serta standar etik internasional menjadi syarat utama sebelum vaksin bisa digunakan secara luas.
Pandangan Epidemiolog
Epidemiolog Panji Fortuna Hadisoemarto menegaskan pentingnya kualitas sains dalam setiap pengembangan vaksin. Menurutnya, publikasi peer-review dan data uji klinis yang jelas menjadi dasar validasi. Ia mengingatkan, jika sebuah vaksin gagal atau menimbulkan efek samping, hal ini dapat meruntuhkan kepercayaan publik terhadap program vaksinasi secara keseluruhan.
Tahapan Uji Klinis Vaksin
Uji klinis vaksin umumnya terbagi dalam tiga fase. Fase pertama menilai keamanan dan dosis melalui pengujian pada kelompok kecil. Fase kedua melibatkan peserta lebih banyak untuk melihat efektivitas dan efek samping jangka pendek. Fase ketiga dilakukan pada ribuan orang untuk mengonfirmasi efikasi, membandingkan dengan plasebo, serta memantau efek samping yang jarang muncul.
Langkah Pemerintah dan Harapan ke Depan
Rencana Menkes Budi mengirim tim ke Rusia menjadi langkah awal yang strategis. Namun, penerapan uji coba di Indonesia harus melibatkan kolaborasi lintas disiplin agar sesuai dengan standar ilmiah dan etika global. Dengan pendekatan yang hati-hati, vaksin Enteromix berpotensi menjadi inovasi penting dalam penanganan kanker. (Hasyim Ashari)