fin.co.id - Nyamuk mungkin tampak sepele, hanya serangga kecil yang biasa beterbangan di sekitar rumah. Namun, siapa sangka keberadaan makhluk mungil ini justru menjadi salah satu penyebab utama berbagai penyakit berbahaya di dunia.
Tidak heran jika setiap tanggal 20 Agustus, masyarakat global memperingati Hari Nyamuk Sedunia (World Mosquito Day) sebagai pengingat betapa besar ancaman kesehatan yang dibawa oleh serangga ini.
Peringatan ini bukanlah bentuk penghormatan terhadap nyamuk, melainkan momen refleksi tentang bahaya penyakit yang ditularkan olehnya.
Malaria, demam berdarah, dan chikungunya hanyalah sebagian dari sederet penyakit mematikan yang hingga kini masih menghantui banyak negara, termasuk Indonesia.
Asal-Usul Hari Nyamuk Sedunia
Sejarah Hari Nyamuk Sedunia bermula dari penemuan penting Sir Ronald Ross pada 20 Agustus 1897. Ilmuwan asal Inggris tersebut berhasil membuktikan bahwa nyamuk Anopheles betina adalah vektor utama penularan parasit malaria kepada manusia.
Penelitian monumental ini dilakukan di India dan menjadi titik balik besar dalam pemahaman tentang penyebaran penyakit.
Atas jasanya, Ross kemudian menerima Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada 1902. Penemuan ini mengubah arah penelitian medis dunia, sekaligus menjadi alasan mengapa setiap 20 Agustus diperingati sebagai Hari Nyamuk Sedunia.
Nyamuk: Serangga Kecil, Ancaman Besar
Meski berukuran kecil, nyamuk disebut sebagai vektor penyakit paling mematikan di dunia.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 200 juta kasus malaria setiap tahun, dengan 90 persen di antaranya terjadi di Afrika.
Selain malaria, beberapa penyakit serius lain juga ditularkan oleh nyamuk, seperti:
-
Demam Berdarah Dengue (DBD)
-
Chikungunya
-
Zika
-
Filariasis (kaki gajah)
-
Virus West Nile