Kasus GERD di Indonesia Meningkat Drastis, Gaya Hidup Jadi Biang Kerok!

fin.co.id - 14/08/2025, 20:14 WIB

Kasus GERD di Indonesia Meningkat Drastis, Gaya Hidup Jadi Biang Kerok!

Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP

fin.co.id - Kasus penyakit Gastroesophageal Reflux Disease atau GERD di Indonesia semakin meresahkan. Menurut data dan keterangan pakar, jumlah penderita terus bertambah setiap tahun. Pertanyaannya, apa penyebab utamanya? Ternyata, faktor gaya hidup modern masyarakat menjadi pemicu terbesar.

Siapa yang Mengungkapkan Lonjakan Kasus GERD?

Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, mengungkapkan hal ini saat ditemui wartawan pada Kamis, 14 Agustus 2025, dalam acara “Daewoong Media Dialogue: Fexuprazan, Menghadirkan Alternatif Baru Pengobatan GERD di Indonesia ” di Revenue Tower Jakarta. Ia menegaskan bahwa pola hidup masyarakat yang semakin tidak sehat membuat kasus GERD kian meningkat di Indonesia.

Apa Penyebab Utama Kasus GERD di Indonesia?

Prof. Ari menyebut gaya hidup tidak sehat sebagai pemicu utama. Tingkat stres masyarakat yang semakin tinggi, ditambah kebiasaan kurang bergerak akibat terlalu sering menggunakan gawai, membuat risiko GERD meningkat signifikan. Selain itu, pola makan tinggi lemak seperti steak, cokelat, dan keju juga memperburuk kondisi.

“Gaya hidup memang sangat berpengaruh. Tingkat stres masyarakat kita juga semakin tinggi. Kemudian, orang cenderung dengan gadget ini tidak banyak bergerak, itu juga jadi problem,” ungkapnya.

Bagaimana Pola Makan Masyarakat Berkontribusi?

Tren konsumsi makanan masyarakat Indonesia kini semakin mengarah ke pola makan ala Barat. Makanan seperti steak, cokelat, dan keju yang dahulu tergolong mahal kini bisa dengan mudah ditemukan di berbagai tempat dengan harga terjangkau. Fenomena ini mirip dengan kondisi di Amerika, di mana kasus GERD juga sangat tinggi akibat pola makan tidak sehat.

“Kalau makan, dulu mana-mana kita makan steak, sekarang steak ada di mana-mana. Itu kan salah satu musuhnya orang GERD,” jelas Prof. Ari.

Peran Alkohol dalam Lonjakan GERD

Bukan hanya makanan, kebiasaan konsumsi alkohol juga berkontribusi pada meningkatnya kasus GERD di Indonesia. Alkohol kini dianggap sebagai bagian dari gaya hidup sosial, bahkan kerap dikonsumsi secara rutin dalam pergaulan sehari-hari.

“Bahkan beberapa seperti alkohol itu sudah menjadi bagian dari aktivitas sosial. Misalnya, kalau ditanya ‘minum alkohol nggak?’ jawabnya ya paling sekali seminggu untuk sosial. Jadi alkohol itu sudah common juga di masyarakat kita,” katanya.

Rokok Masih Jadi Masalah Serius

Selain alkohol, kebiasaan merokok juga memperburuk masalah kesehatan lambung masyarakat Indonesia. Prof. Ari menegaskan bahwa Indonesia masih gagal mengendalikan angka perokok. Menurut data, 1 dari 3 orang Indonesia adalah perokok aktif.

“Kita termasuk negara yang tidak berhasil mengendalikan rokok. Karena 1 dari 3 orang Indonesia merokok,” tegasnya.

Apa Itu GERD dan Bahayanya?

GERD merupakan penyakit ketika terjadi aliran balik (reflux) dari isi lambung ke kerongkongan (esofagus). Kondisi ini dapat menimbulkan sensasi terbakar di dada atau ulu hati, rasa asam di mulut, mual, hingga batuk kronis. Jika tidak ditangani dengan benar, peradangan yang terjadi pada kerongkongan bisa berujung pada komplikasi serius.

Bagaimana Mencegah GERD?

Meski menakutkan, GERD sebenarnya bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  • Mengurangi konsumsi makanan tinggi lemak seperti steak, keju, dan cokelat.
  • Menghindari konsumsi alkohol berlebihan.
  • Berhenti merokok.
  • Mengendalikan stres dengan olahraga rutin dan relaksasi.
  • Menerapkan pola makan seimbang dengan porsi yang teratur.

Kesimpulan

Peningkatan kasus GERD di Indonesia bukan sekadar isu medis, tetapi juga cerminan perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan tidak sehat. Mulai dari pola makan ala Barat, kebiasaan minum alkohol, merokok, hingga kurang bergerak akibat penggunaan gawai, semuanya menjadi faktor yang saling berkaitan. Oleh karena itu, perubahan perilaku dan kesadaran menjaga kesehatan perlu segera ditingkatkan sebelum masalah GERD semakin meluas di Indonesia. (*)

Sigit Nugroho
Penulis