Indonesia-Timor Leste Bahas Skema Re-Export Hadapi Tarif Tinggi AS, Kadin: Peluang Besar Ekspor Lewat Tetangga

fin.co.id - 12/07/2025, 20:35 WIB

Indonesia-Timor Leste Bahas Skema Re-Export Hadapi Tarif Tinggi AS, Kadin: Peluang Besar Ekspor Lewat Tetangga

Menteri Perdagangan dan Industri (MCI) Timor Leste, Nino Filipus Pereira (tengah) - istimewa -

fin.co.id – Upaya Indonesia dalam memperluas akses pasar ekspor ke Amerika Serikat (AS) di tengah kebijakan tarif resiprokal yang masih tinggi terus digencarkan. Salah satu strategi yang kini tengah dijajaki adalah memanfaatkan posisi Timor Leste sebagai hub ekspor menuju pasar global, termasuk Negeri Paman Sam.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia membuka diskusi bersama delegasi Timor Leste dalam agenda Monthly Economic Diplomacy Meeting di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis, 11 Juli 2025. Fokus pembahasan adalah peluang kerja sama re-export melalui Timor Leste yang diketahui memiliki tarif ekspor lebih rendah ke AS, yakni hanya sekitar 10 persen.

Peluang Re-Export Lewat Timor Leste

Wakil Ketua Umum Bidang Diplomasi Multilateral Kadin Indonesia, Andi Anzar Cakra Wijaya, mengungkapkan forum ini menjadi momentum penting untuk memaksimalkan peluang perdagangan kedua negara. Terlebih, kebijakan tarif tinggi AS yang dikenal sebagai “tarif Trump” dinilai menjadi tantangan sekaligus peluang bagi eksportir Indonesia.

“Kita banyak belajar sebagai saudara bersama Timor Leste selama puluhan tahun. Hari ini kita mendapat kesempatan besar memanfaatkan situasi tarif tinggi di pasar dunia. Skema re-export ini sedang kita jajaki bersama Timor Leste,” ujar Andi Anzar di Jakarta, Sabtu, 12 Juli 2025.

Menurut Andi, memanfaatkan jalur ekspor Timor Leste bisa menjadi solusi bagi Indonesia untuk tetap kompetitif di pasar AS, mengingat beban tarif bagi produk asal Indonesia mencapai sekitar 32 persen.

“Tarif ekspor ke AS untuk Timor Leste hanya sekitar 10 persen. Ini bisa menjadi celah yang sama-sama menguntungkan,” tambahnya.

Timor Leste Ingin Masuk Pasar Indonesia

Menteri Perdagangan dan Industri (MCI) Timor Leste, Nino Filipus Pereira, juga menegaskan keterbukaan negaranya untuk kerja sama lebih erat dengan Indonesia. Nino melihat skema re-export ini tidak hanya akan menguntungkan Indonesia, tetapi juga membuka peluang pertumbuhan ekonomi bagi Timor Leste.

“Kami berharap para pengusaha Indonesia bisa memanfaatkan Timor Leste sebagai jalur ekspor ke AS. Dengan begitu, kedua negara sama-sama memperoleh manfaat ekonomi yang lebih besar,” jelas Nino.

Selain itu, Nino menekankan bahwa pemerintah Timor Leste juga ingin memasukkan produk-produknya ke pasar Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi defisit perdagangan yang saat ini masih dialami Timor Leste.

“Walaupun ada defisit perdagangan, kami ingin beberapa produk Timor Leste mulai masuk pasar Indonesia supaya kesenjangan defisit perdagangan bisa diperkecil,” ungkapnya.

Defisit Neraca Perdagangan Jadi Sorotan

Saat ini, neraca perdagangan Indonesia dan Timor Leste masih mencatatkan defisit di pihak Timor Leste. Andi Anzar menilai sudah saatnya kedua negara saling membantu agar hubungan ekonomi lebih seimbang.

“Memang neraca perdagangan masih defisit bagi Timor Leste. Kita perlu saling bantu agar neraca ini minimal mendekati keseimbangan,” kata Andi.

Dalam catatan Kadin, potensi perdagangan Indonesia-Timor Leste masih terbuka lebar, terutama produk industri, makanan olahan, hingga sektor energi.

Belajar dari Strategi China

Sementara itu, ekonom senior sekaligus Komisaris Utama Mining Industry Indonesia (MIND ID), Fuad Bawazier, mengingatkan pentingnya Indonesia belajar dari pengalaman China.

Menurut Fuad, China pernah hanya diposisikan sebagai pasar konsumsi, namun berhasil bertransformasi menjadi produsen global berkat kebijakan industri yang terintegrasi dan terarah.

Sigit Nugroho
Penulis