Opini . 13/04/2025, 08:04 WIB

Solusi Kemanusiaan Sementara: Jalan Tengah Indonesia untuk Selamatkan Warga Gaza

Penulis : Sigit Nugroho
Editor : Sigit Nugroho

Oleh  Khairi Fuady, Indonesia South-South Foundation

Di tengah hiruk-pikuk opini publik soal rencana evakuasi seribu warga Gaza ke Indonesia, muncul keresahan yang tidak sedikit. Ada yang mengkhawatirkan potensi kekacauan di dalam negeri, ada pula yang melihat ini sebagai celah bagi Israel—khususnya di bawah kepemimpinan Benjamin Netanyahu—untuk melancarkan agenda jangka panjang: mengosongkan Gaza dari warganya. Namun di balik keraguan itu, terdapat narasi yang luput dari perhatian: bahwa langkah ini sejatinya merupakan solusi kemanusiaan sementara.

Gagasan yang digulirkan Presiden Prabowo Subianto bukan tanpa preseden. Dalam sejarahnya, Indonesia pernah membuka pintu bagi para pengungsi Vietnam Selatan pada era 1970-an, saat konflik di negara itu memuncak. Kala itu, ribuan orang melarikan diri dari Perang Vietnam dan diterima di tanah air dengan tangan terbuka. Mereka ditempatkan di kamp-kamp pengungsi di berbagai wilayah, mulai dari Pulau Galang di Batam hingga beberapa titik di Pulau Jawa.

Apa yang dilakukan saat itu tidak merusak tatanan sosial Indonesia. Justru, menjadi bukti bahwa negeri ini punya kapasitas moral dan logistik untuk menunjukkan solidaritas di saat dunia diam. Kini, tawaran kepada warga Gaza hadir dalam semangat yang sama: menyelamatkan nyawa di tengah situasi darurat tingkat tinggi—bukan untuk menetap, tapi untuk bertahan hidup.

Dalam kerangka Human Security, sebuah konsep yang menguat sejak era Perang Dingin, perlindungan terhadap warga sipil menjadi prioritas utama dalam kebijakan luar negeri negara-negara beradab. Langkah Indonesia ini sejalan dengan semangat tersebut. Prabowo tidak sedang menawarkan jalan keluar permanen dari Palestina, melainkan lorong sementara untuk mereka yang terjepit di tengah reruntuhan dan bom.

Tawaran ini juga bukan solusi akhir, melainkan sinyal awal. Bahwa Indonesia tidak hanya bersimpati, tapi juga siap bertindak. Ini adalah cara kita mengatakan kepada dunia bahwa genosida dan pembersihan etnis tidak boleh dianggap sebagai harga yang harus dibayar dalam konflik. Bahwa warga Gaza perlu tetap hidup untuk bisa melanjutkan perjuangan mereka.

Prabowo sendiri secara terbuka menyatakan bahwa evakuasi ini bersifat sementara. Ketika kondisi Gaza memungkinkan, mereka akan kembali. Tidak ada niat sedikit pun untuk menghapus hak-hak warga Palestina atas tanah mereka sendiri.

Tentu, diskusi tetap perlu dilakukan. Pemerintah Indonesia pun terus melakukan konsultasi dengan berbagai pihak, termasuk Palestina, untuk memastikan langkah ini tidak melanggar prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional.

Lebih dari sekadar evakuasi, inisiatif ini adalah pesan simbolik yang kuat. Bahwa jika satu negara saja berani bergerak, maka negara-negara lain seharusnya juga bisa. Ini tentang keberanian untuk memulai, bukan menyelesaikan semuanya sekaligus. Gaza tidak boleh kosong, tetapi warga Palestina juga tidak boleh dibiarkan mati satu per satu dalam diam dunia.

Solusi kemanusiaan sementara ini adalah bentuk minimal dari perlawanan kita terhadap ketidakadilan. Karena pada akhirnya, perjuangan untuk Palestina hanya bisa terus hidup jika rakyatnya masih ada untuk memperjuangkannya.

"From the river to the sea, Palestine will be free." (Khairi Fuady)

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com