Penghentian Sementara Penyaluran Bansos Beras: Kebijakan yang Harus Dikelola dengan Cermat

fin.co.id - 07/02/2025, 10:58 WIB

Penghentian Sementara Penyaluran Bansos Beras: Kebijakan yang Harus Dikelola dengan Cermat

Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPNVJ

Jika stok yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi permintaan ini, maka harga beras akan mengalami kenaikan yang cukup tajam.

Selain itu, penghentian sementara bansos beras juga dapat mengganggu kestabilan konsumsi rumah tangga, terutama bagi mereka yang bergantung pada bantuan tersebut untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Jika dalam dua bulan ke depan harga beras terus naik dan bansos belum kembali disalurkan, maka kelompok masyarakat berpenghasilan rendah akan menghadapi tekanan ekonomi yang lebih besar.

Impor Beras 2024: Implikasi pada Stok CBP dan Pengelolaan Gudang

Penting untuk diingat bahwa pada tahun 2024, Indonesia mencatatkan impor beras terbesar dalam sejarah sejak kemerdekaan.

Impor beras yang mencapai 4,52 juta ton seharusnya membuat stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) berlimpah di tahun 2025.

Dengan ketersediaan stok yang besar ini, penghentian sementara bansos beras seharusnya tidak terjadi jika memang alasan utama adalah kekurangan pasokan.

Sebaliknya, kebijakan ini harus memastikan bahwa stok beras di gudang Bulog tetap terkelola dengan baik dan tidak mengalami pembusukan akibat kelebihan impor yang terjadi pada tahun sebelumnya.

Jika pemerintah tidak memiliki strategi yang jelas dalam mengelola stok beras ini, maka ada risiko besar bahwa beras yang telah diimpor dalam jumlah besar akan rusak sebelum dapat didistribusikan.

Hal ini akan menjadi pemborosan anggaran negara sekaligus memperburuk kondisi pangan nasional.

Oleh karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa penghentian sementara bansos beras tidak menyebabkan akumulasi stok yang tidak termanfaatkan dengan baik.

Keseimbangan antara Petani dan Konsumen

Memang benar bahwa penghentian sementara bansos beras dapat membantu menaikkan harga gabah di tingkat petani.

Namun, kebijakan ini harus tetap mempertimbangkan keseimbangan antara petani sebagai produsen dan masyarakat sebagai konsumen.

Jika harga gabah naik terlalu tinggi, hal ini akan berdampak langsung pada harga beras di pasar dan akhirnya memberatkan konsumen. Sebaliknya, jika harga gabah terlalu rendah, petani akan mengalami kerugian.

Khanif Lutfi
Penulis