fin.co.id - Bergabungnya Indonesia menjadi anggota Brazil, Russia, India, China, dan South Africa (BRICS) menuai pro dan kontra terutama di kalangan pengamat dan ekonom. Menanggapi hal ini, Ketua Umum (Ketum) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie menegaskan, Indonesia harus maju dan berkembang.
"Indonesia juga mesti maju, mesti berkembang, dan kita tidak berpolitik apa pun. Kecuali, ingin memperluas dan memperkuat perekonomian kita," kata Anindya di Menara Kadin, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin 13 Januari 2025.
Anindya juga menyoroti soal potensi pasar yang besar dengan bergabungnya Indonesia ke BRICS.
"Karena bagaimanapun juga kalau pasarnya tidak besar, hasil yang dibangun di Indonesia mau dikirim kemana," tuturnya.
Kemudian yang kedua, kata Anindya, terkait investasi yang bisa didapat Indonesia ke depan.
"Dan yang kedua kalau kita tidak mendapatkan investasi, bagaimana kita bisa mengirakan perekonomian, tidak bisa hanya fokus pada konsumsi domestik dan juga belanja pemerintah," tuturnya.
Sebelumnya, Direktur China-Indonesia Desk CELIOS Muhammad Zulfikar Rakhmat mengatakan, tak ada urgensinya Indonesia gabung BRICS. Menurutnya, belum ada urgensi atau alasan mendesak bagi Indonesia untuk bergabung dengan negara yang memiliki kestabilan ekonomi yang baik.
Baca Juga
“Hingga saat ini belum ada urgensi Indonesia untuk bergabung dengan grup ekonomi BRICS," katanya, Minggu 27 Oktober 2024.
Dia mengkahwatirkan keberadaan China dalam grup tersebut bisa pengaruhi independensi Indonesia.
"Mengingat keberadaan China dalam grup tersebut dikhawatirkan mempengaruhi independensi Indonesia dalam bersikap di berbagai isu krusial," tuturnya.
(Sab)