fin.co.id - Warga yang tinggal di kawasan Muara Angke, RW22, Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara mengaku sudah capek menghadapi banjir Rob. Pasalnya, aktivitas warga menjadi lumpuh akibat banjir air laut pasangan yang acap kali terjadi di Muara Angke.
Hal itu disampaikan Ketua RT/RW 06/22 Kelurahan Pluit, Warya. Dia meminta pemerintah mempercepat pembangunan tembok laut raksasa atau Giant Sea Wall di pesisir laut kawasan Muara Angke.
"Ya harapannya sih pinginnya segera ditangani, supaya robnya enggak masuk (perkampungan) iya (pembangunan tanggul dipercepat)," kata Warya kepada Disway Group, Selasa 17 Desember 2024.
Warya mengatakan, untuk hari ini banjir rob di wilayah RT06 sudah surut. Namun, di Jalan Muara Angke menuju ara pelabuhan, banjir rob masih menggenang hingga setinggi perut orang dewasa.
Banjir Rob, kata Warya, sudah 5 hari terjadi sejak Jumat 13 Desember 2024. Dia mengatakan, rob akan surut pada malam hari namun pagi harinya kembali pasang hingga menggenangi pemukiman warga.
"Jadi sore sudah mulai surut. Tapi untuk di jalan itu sampai malam (baru surut). Kalau hari ini jam setengah 9 itu sudah naik (air laut)" terangnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Ika Agustin Ningrum mengatakan, langkah jangka panjang untuk mengantisipasi banjir rob adalah terus menggenjot pembangunan tanggul pengaman pantai melalui program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A sepanjang 39 kilometer.
Baca Juga
Pembangunan tanggul ini kata Ika merupakan program sinergi dengan Kementrian PU untuk mencegah air masuk ke daratan saat laut pasang. Selain itu, dibangun pula sistem polder pengendali rob yang dilengkapi bendung karet untuk menahan air laut supaya tidak melimpas kembali ke daratan.
"Upaya pengendalian penurunan muka tanah (land subsidence) juga terus digaungkan, salah satunya dengan pembatasan penggunaan air tanah melalui Zona Bebas Air Tanah yang akan diperluas wilayahnya," terang Ika.
(Cah)