Terowongan Silaturahmi: Menyatukan Hati dalam Keberagaman

fin.co.id - 15/12/2024, 10:23 WIB

Terowongan Silaturahmi: Menyatukan Hati dalam Keberagaman

Terowongan Silaturahmi (Foto: Alif Bintang/Antara)

Oleh: Sigit Nugroho, Redaktur fin.co.id

Di tengah keragaman yang begitu kaya, Indonesia terus berjuang untuk menjaga persatuan dan kesatuan di antara perbedaan. Sebuah simbol yang menegaskan komitmen tersebut hadir dalam bentuk Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta, yang diresmikan pada 12 Desember 2024 oleh Presiden Prabowo Subianto. Dengan panjang 28,3 meter, terowongan ini bukan sekadar infrastruktur, tetapi juga lambang kerukunan umat beragama yang menjadi identitas bangsa Indonesia.

Saat kita mendekati perayaan Natal, momen penting dalam tradisi umat Kristiani, simbol kerukunan ini menjadi lebih bermakna. Terowongan Silaturahmi mengingatkan kita bahwa meskipun umat manusia dipisahkan oleh perbedaan agama, suku, ras, dan budaya, hal itu tidak menjadi penghalang untuk hidup berdampingan dalam kedamaian. Sebaliknya, perbedaan adalah sumber kekuatan yang bisa memperkaya bangsa, seperti yang ditegaskan Presiden Prabowo dalam peresmian terowongan ini.

Indonesia, dengan semua keragamannya, telah menunjukkan kepada dunia bahwa kita bisa bersatu tanpa menghapuskan perbedaan. Terowongan ini menghubungkan dua tempat ibadah yang sangat berbeda dalam tradisi dan ajaran, namun keduanya berdiri dalam satu ruang yang sama, menciptakan harmoni. Ini adalah cerminan nyata dari semangat kebangsaan Indonesia yang dibangun oleh perjuangan semua elemen bangsa tanpa memandang latar belakang agama atau etnis. Sebagaimana kita merayakan Natal, perayaan yang penuh dengan pesan damai, kasih, dan pengampunan, terowongan ini mengingatkan kita bahwa kebersamaan bisa terjalin meski kita berbeda.

Namun, Terowongan Silaturahmi lebih dari sekadar penghubung fisik. Dengan galeri diorama yang menggambarkan kisah-kisah toleransi dan kerukunan antar umat beragama, terowongan ini menjadi sebuah ruang di mana sejarah dan nilai-nilai kebangsaan hidup. Seniman Sunaryo, yang merancang galeri ini dengan tema "Wot Hati" atau "Jembatan Hati," menggambarkan makna saling menyentuh tangan—sebuah simbol dari kerendahan hati, empati, dan keinginan untuk saling memahami.

Terowongan Silaturahmi: Menyatukan Hati dalam Keberagaman

Gereja Katedral Jakarta (Dok Birkompu)

Terowongan ini juga mempermudah akses bagi umat beragama yang ingin melaksanakan ibadah, serta menyediakan fasilitas parkir yang besar tanpa mengganggu lalu lintas kota. Namun, lebih dari itu, terowongan ini mengandung pesan moral yang sangat dalam: bahwa di tengah perbedaan, kita bisa hidup berdampingan, saling menghormati, dan berbagi dalam kedamaian. Seperti halnya di momen Natal ini, ketika umat Kristiani merayakan kelahiran Yesus Kristus yang penuh dengan pesan damai, terowongan ini akan menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kerukunan sejati terwujud ketika kita berani melangkah bersama, menyatukan hati meski dengan perbedaan yang ada.

Dengan adanya Terowongan Silaturahmi, Indonesia tidak hanya menunjukkan kepada dunia bahwa kita dapat bersatu meski beragam, tetapi juga mengajarkan bahwa persatuan yang sejati berakar dari toleransi, saling pengertian, dan keinginan untuk hidup bersama dalam kedamaian. Di tengah perayaan Natal yang sebentar lagi hadir, terowongan ini menjadi simbol harapan bahwa kerukunan antar umat beragama di Indonesia dapat terus tumbuh, seiring dengan semakin dekatnya kita dengan makna sejati dari kedamaian dan persatuan. (Sigit Nugroho)

Sigit Nugroho
Penulis