fin.co.id- Aksi demonstrasi di depan Majelis Nasional Korea Selatan pada Sabtu (7/12/2024) berubah menjadi momen unik yang penuh warna. Para pengunjuk rasa, yang menyerukan pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol, menggunakan lightstick K-pop untuk menerangi aksi mereka.
Dilansir dari Korea Times, protes ini tidak hanya menjadi sarana menyampaikan aspirasi politik tetapi juga bertransformasi menjadi festival musik K-pop. Para pendemo menari, menyanyikan yel-yel, dan mengikuti lagu-lagu populer K-pop seperti "Whiplash" dari aespa, "APT" oleh Rose, dan "Fighting" dari sub-unit Seventeen, BooSeokSoon. Lirik lagu-lagu ini bahkan diubah untuk menyindir dan mengkritik Presiden Yoon.
"Saya menyadari bahwa budaya protes telah banyak berubah. Sekarang lebih menyenangkan dan penuh kegembiraan," kata Kim, salah satu peserta aksi, pada Selasa (10/12/2024).
"Cahaya warna-warni dan energi cerah yang mereka ciptakan sangat menyentuh hati saya," tambahnya.
Para penggemar K-pop yang terlibat dalam aksi ini menjelaskan bahwa keahlian mereka dari dunia fandom ternyata bermanfaat dalam aksi protes.
"Kami terbiasa menunggu di luar dalam cuaca dingin, bersorak, dan berteriak untuk idola kami. Jadi, aksi protes ini seperti konser bagi kami. Itulah mengapa kami akan terus kembali dan mengajak lebih banyak orang untuk bergabung," ujar salah satu peserta.
Namun, upaya mereka masih menemui hambatan. Berdasarkan laporan, parlemen Korea Selatan gagal meloloskan rancangan pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol karena kurangnya suara. Hal ini disebabkan aksi boikot oleh anggota partai pendukung presiden dalam sidang.
Demonstrasi ini menunjukkan bagaimana budaya K-pop dapat menciptakan warna baru dalam menyampaikan aspirasi politik, menggabungkan kreativitas, energi, dan solidaritas khas generasi muda.