fin.co.id - Warga di Lampung Selatan berkumpul dalam Pesta Budaya untuk merayakan keberagaman budaya dan kerukunan. Kegiatan di Lapangan Desa Bumijaya ini terselenggara berkat dukungan dari Proyek Penguatan Kohesi Sosial (SSCP).
Ini merupakan inisiatif dari Uni Eropa sebagai donor, dengan ChildFund International di Indonesia sebagai pengarah, dan Yayasan Pembinaan Sosial Katholik (YPSK) sebagai mitra implementasi di Indonesia.
“Tujuan keseluruhan dari program ini adalah agar masyarakat di Lampung dapat hidup dalam damai melalui praktik-praktik berbasis budaya yang bertujuan untuk mencegah konflik,” kata Country Director ChildFund International di Indonesia Husnul Maad dalam keterangannya, Senin 9 Desember 2024.
Dia menjelaskan, keberagaman budaya, suku bangsa, dan agama berpotensi menyebabkan konflik di masyarakat, tetapi kita dapat mencegahnya melalui dialog dan pembangunan konsensus di antara warga masyarakat.
Meskipun praktik berbasis budaya ‘Piil Pesenggiri’ di Lampung telah mendorong terciptanya perdamaian antarkomunitas melalui dialog dan pembangunan konsensus, praktik berbasis budaya perlu lebih diintegrasikan di kalangan pemuda.
“Penampil dalam acara ini sebagian besar adalah kaum muda. Hal ini untuk menunjukkan bahwa kaum muda masih peduli dan bersedia menjunjung tinggi nilai-nilai dan prinsip-prinsip di balik acara adat dan budaya,” kata Maad.
Selain pertunjukan budaya, kata dia, akan ada juga permainan dan kompetisi berdasarkan tema budaya untuk mempromosikan pembentukan tim, dinamika kelompok, dan sportivitas.
Baca Juga
Plt Bupati Kabupaten Lampung Selatan Pandu Kesuma Dewangsa mengapresiasi acara ini. Dia mengatakan, SCCP merupakan inisiatif baru yang membawa isu-isu penting di masyarakat.
"Kami berharap proyek ini dapat dilaksanakan di lebih banyak wilayah di Kabupaten Lampung Selatan. Ini akan membantu kita meningkatkan kapasitas pemuda dan pembangunan perdamaian," terangnya.
Pimpinan Yayasan Pembinaan Sosial Katolik, Romo Agustinus Soenarto YP mengatakan, kolaborasi ini mendorong pelaksanaan program yang partisipatif dan mempromosikan dialog antarbudaya, agama, dan generasi. Dengan membangun rasa kepemilikan dan keberlanjutan, dia berharap bisa memberikan dampak yang langgeng meski program berakhir pada bulan Juli 2025.
"Salah satu hasil nyata dari kolaborasi ini adalah rencana replikasi model pendidikan perdamaian ke 164 sekolah menengah pertama di Kabupaten Lampung Selatan melalui kemitraan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan dan SSCP,” katanya.
Perdamaian bukan hanya tentang ketiadaan konflik, tapi hadirnya keharmonisan. Sebagai orang muda, kita adalah pelopor yang dapat menguatkan toleransi melalui pemahaman dan aksi bersama.
"Program Strengthening Social Cohesion ini mengajarkan kami bahwa perdamaian dimulai dengan menghargai satu sama lain," ujar Umam, salah satu orang muda.
SSCP diluncurkan pada 1 Februari 2023 dan akan berlangsung hingga 31 Juli 2025. Selain di Lampung, proyek ini juga berjalan di Liquiçá, Timor-Leste.
Pesertanya meliputi 389 siswa dan pemuda, 197 guru, 134 perangkat desa, 25 perangkat Kabupaten Lampung Selatan, 17 staf Pemerintah Provinsi Lampung, 91 tokoh adat, dan 71 tokoh agama. Selain tokoh agama dan adat perorangan, SSCP juga melibatkan 10 jaringan keagamaan dalam dialog perdamaian dan kerukunan.