fin.co.id - Turnamen ASEAN Cup 2024, yang akan berlangsung dari 8 Desember 2024 hingga 5 Januari 2025, tengah menjadi sorotan setelah beberapa tim besar menurunkan skuad lapis kedua.
Dua pundit asal Malaysia, Keesh Mat dan Faiz Gurun, mengomentari situasi terkini yang memengaruhi marwah kompetisi ini.
Tiga tim besar, yakni Timnas Indonesia, Malaysia, dan Thailand, kehilangan beberapa pemain kunci mereka.
1. Indonesia: Shin Tae-yong memilih mayoritas pemain U-22 karena turnamen ini tidak masuk kalender FIFA. Pemain-pemain seperti Thom Haye, Jay Idzes, dan Mees Hilgers tak bisa tampil, digantikan oleh pemain muda seperti Ronaldo Kwateh.
Baca Juga
- Preview Freiburg vs Bayer Munchen Liga Jerman: Bavarian Incar Kemenangan
- Targetkan Kemenangan, Berikut Preview Laga Persita Kontra Madura United
2. Malaysia: Pemain andalan seperti Dion Cools, Arif Aiman, dan Natxo Insa absen.
3. Thailand: Bintang utama seperti Theerathon Bunmathan, Chanathip Songkrasin, dan Teerasil Dangda tidak diturunkan.
Absennya pemain-pemain ini disebabkan oleh prioritas klub dan agenda lain di luar ASEAN Cup.
Keesh: "Turnamen Ini Kehilangan Makna"
Dalam pernyataannya di kanal YouTube Astro Arena, Keesh menyebut bahwa ASEAN Cup mengalami krisis identitas.
Baca Juga
- Kalah dari Persija, Persita Tertahan di Posisi 7 Klasemen Sementara
- Persija Libas Persita Tangerang 2-0 di JIS, Carlos Pena: Kehadiran 28 Ribu Jakmania Seperti 50 Ribu
"Turnamen ini dulunya dianggap seperti Piala Dunia mini untuk Asia Tenggara. Tetapi sekarang, turnamen ini suram dan kehilangan maknanya," ujar Keesh.
Menurutnya, antusiasme penggemar juga menurun karena kualitas kompetisi yang semakin jauh dari standar tinggi sebelumnya.
Faiz menilai bahwa perubahan fokus tim besar seperti Thailand dan Indonesia menjadi penyebab utama penurunan pamor ASEAN Cup.
"Thailand adalah raja wilayah ini, mereka punya kelas berbeda. Indonesia fokus pada Kualifikasi Piala Dunia 2026. Jadi, wajar mereka tidak menurunkan skuad terbaik," katanya.
Faiz menambahkan bahwa turnamen ini tetap bermakna bagi negara-negara seperti Laos, Kamboja, dan Timor-Leste, yang masih menjadikannya prioritas. Namun, perbedaan visi ini justru memicu krisis identitas turnamen.
Masa Depan ASEAN Cup