fin.co.id - Sebuah insiden menghebohkan terjadi di SMA Kristen Gloria 2 Surabaya yang melibatkan seorang pengusaha sukses, Ivan Sugianto, yang dengan penuh amarah memaksa seorang siswa SMA berinisial ET untuk meminta maaf dengan cara merendahkan dirinya di depan umum.
ET, yang sebelumnya hanya melontarkan guyonan mengenai penampilan rambut anak Ivan, EX, dengan mengatakan, "Rambutnya lucu seperti poodle", mendapati dirinya terjebak dalam pusaran intimidasi dan ancaman dari pihak EX, yang berujung pada permintaan maaf di bawah tekanan ekstrem.
Cerita ini semakin panas setelah pada 21 Oktober 2024, EX datang ke sekolah ET bersama sejumlah pria dewasa, termasuk sepupunya yang seorang pelatih tinju, untuk menuntut permintaan maaf yang "layak"—dan yang terjadi selanjutnya jauh melampaui batas wajar.
Ivan Sugianto, dengan kemarahan yang meledak, memaksa ET untuk tidak hanya meminta maaf, tetapi juga berlutut dan menggonggong seperti anjing di hadapan EX—sebuah tindakan yang lebih mirip pelecehan daripada permintaan maaf!
Baca Juga
- Viral! Wanita yang Diduga Diculik Komplotan Bersenjata di Bandung Akhirnya Pulang, Korban Masih Alami Syok Berat
- Viral! Video Agus Buntung Berjoget dengan Dua Penari Wanita, Netizen: Dikasih Kekurangan Malah Kurang Ajar
Video kejadian yang terekam dan tersebar luas di media sosial memicu perdebatan sengit di kalangan warganet. Banyak yang mengecam keras tindakan orang tua yang dianggap sudah kebablasan dalam mengintervensi urusan pendidikan anak mereka.
Tidak hanya itu, banyak yang menyalahkan pihak sekolah yang dianggap gagal mengambil tindakan tegas dalam mengatasi masalah ini, hingga akhirnya orang tua dengan mudah mendominasi situasi.
Menurut pengamat pendidikan Totok Amin, kejadian semacam ini menunjukkan bahwa manajemen sekolah yang lemah, serta hukum yang lebih condong melindungi hak orang tua daripada guru dan pendidik, menciptakan ketidakseimbangan dalam penyelesaian konflik.
"Sekolah tidak mampu mengendalikan situasi, dan justru orang tua yang seolah menjadi pihak yang berkuasa, bahkan dalam soal yang sepele," ujarnya kepada Disway, Kamis, 14 November 2024.
Fenomena ini menambah panjang daftar masalah dalam dunia pendidikan yang semakin tergeser oleh intervensi orang tua yang berlebihan. Hal ini juga membuka pertanyaan besar tentang sejauh mana orang tua seharusnya terlibat dalam masalah yang terjadi di lingkungan sekolah.
Baca Juga
- Dari Hinaan ke Popularitas: Sunhaji Panen Donasi Ratusan Juta, Rumahnya Kini Jadi Tempat Wisata Dadakan!
- Viral! Oknum Danramil Tampar Manajer SPBU di Palu karena Ditolak Isi Pertalite Tanpa Barcode
Apakah hak orang tua untuk mendidik anak sudah melewati batas, ataukah sekolah yang harus lebih tegas dalam menghadapi orang tua yang terlalu ikut campur
Sementara itu, Komisioner KPAI Aris Adi Leksono menyoroti pentingnya hubungan yang lebih terstruktur antara sekolah, orang tua, dan guru.
"Pendidikan bukan hanya urusan sekolah, tapi juga melibatkan keluarga. Harus ada sistem yang jelas tentang peran dan batasan masing-masing pihak," tegasnya.
Ketidakmampuan sekolah dalam mengatur interaksi antara orang tua dan anak di satu sisi, serta kekhawatiran bahwa kejadian seperti ini bisa terulang lagi di masa depan, menuntut perhatian serius dari semua pihak terkait.
Jika hubungan orang tua dan sekolah tidak diperbaiki dan diperjelas, bisa jadi masalah serupa akan semakin sering terjadi, dan yang paling dirugikan adalah para siswa yang harus menjadi korban dari kepentingan orang dewasa yang tidak bertanggung jawab.
Aksi pemaksaan permintaan maaf dengan cara yang merendahkan diri, seperti yang dilakukan Ivan Sugianto terhadap ET, jelas menunjukkan bahwa pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga—meski terkadang keluarga sendiri yang lebih sering menjadi pihak yang membuat masalah. (Annisa Zahro/DSW)
Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq