“Agama itu suci, jangan kita kotori dengan kepentingan politik. Sebagai masyarakat yang terhormat, kita harus bisa memisahkan mana yang menjadi urusan agama dan mana yang menjadi urusan politik,” kata Sultan. Sultan juga mengajak seluruh masyarakat Maluku Utara untuk terus mencintai daerah ini dengan sepenuh hati.
Tak luput, Sultan menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh tokoh agama, ustadz, pendeta, serta penyuluh agama yang telah menjelma sebagai penerang dan peredam isu-isu sensitif yang beredar di masyarakat. Tanpa lelah, mereka telah berperan menjadi pelita yang senantiasa menerangi di tengah-tengah masyarakat, serta menghindarkan masyarakat dari provokasi yang bisa memecah belah.
Sultan juga memberikan apresiasi yang tinggi atas sikap tegas dan kehormatan yang ditunjukkan oleh para tokoh agama. Dengan penuh kebijaksanaan, mereka mampu menjaga marwah dan martabat agama, serta memilih untuk tetap berada di luar politik transaksional yang bisa merusak keutuhan masyarakat Maluku Utara.
Menurut Sultan, mencintai Maluku Utara berarti menjaga keharmonisan, menghormati perbedaan, dan bersama-sama membangun daerah ini menuju masa depan yang lebih baik. Di akhir pernyataannya, Sultan Husain Alting Sjah mengajak masyarakat untuk menahan diri dan tidak mudah terprovokasi. Sultan mengingatkan bahwa persatuan adalah kekuatan utama Maluku Utara dalam menghadapi berbagai tantangan.
“Kita harus ingat bahwa Maluku Utara adalah tanah kita bersama. Apapun latar belakang kita, kita semua punya tanggung jawab untuk menjaga kedamaian di sini. Saya berharap agar masyarakat tidak menjadikan isu ini sebagai alasan untuk saling memecah-belah, tetapi sebagai pelajaran untuk lebih berhati-hati dalam menjaga persatuan dan toleransi, " tutup Sultan.