fin.co.id – Di tengah terik matahari yang menyengat, ribuan warga Jakarta Selatan berdesakan di halaman Balai Warga Rusunawa Pasar Rumput pada Jumat, 1 November 2024.
Open House yang diselenggarakan untuk mendaftarkan penyewa baru menjadi momen harapan bagi banyak orang yang tengah mencari hunian layak di ibukota yang semakin padat ini.
Antrean panjang terlihat mengular, dengan wajah-wajah penuh harapan dan sedikit kegelisahan.
Di antara mereka, seorang warga bernama Ema (28) menunggu dengan sabar nomor antrean disebut. Dalam setiap detik yang berlalu, harapannya untuk menemukan tempat tinggal yang lebih baik semakin membara.
“Saya sudah tiga tahun kontrak rumah di Matraman, dan selalu menghadapi masalah dengan ketersediaan air,” ungkapnya. Bagi Ema, bukan hanya masalah fisik yang mengganggu, tetapi juga ketidakpastian yang membebani pikiran.
Ema, yang datang bersama suami dan anaknya, mengaku biaya sewa Rusunawa Pasar Rumput yang sebesar Rp1.250.000 terbilang terjangkau.
“Harganya hampir sama dengan kontrakan di Matraman, tapi fasilitasnya lebih baik,” jelasnya.
Baca Juga
Lokasi Rusunawa yang strategis, dekat dengan kantor suaminya di Jakarta Pusat dan sekolah anaknya di Cikini, membuat pilihan ini semakin menarik.
Namun, keputusan untuk berpindah bukanlah hal yang mudah. “Suami saya menyerahkan pilihan ini kepada saya, karena saya yang akan tinggal di rumah ini,” katanya, menambahkan bahwa setiap detail keputusan tersebut dirasakan sebagai beban tanggung jawab. Di balik angkanya, ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik.
Situasi di lokasi open house menggambarkan realitas yang dihadapi banyak warga Jakarta. Keterbatasan ruang, biaya sewa yang terus meningkat, dan kualitas hunian yang tidak selalu memadai, membuat pencarian rumah layak menjadi tantangan sehari-hari.
Tak jarang, warga harus merelakan kenyamanan demi kebutuhan dasar seperti air bersih dan aksesibilitas.
Dalam kerumunan ini, setiap orang memiliki kisahnya masing-masing. Ada yang datang dengan mimpi sederhana untuk memiliki rumah yang nyaman, sementara yang lain berjuang melawan sistem yang sering kali tidak berpihak.
Bagi mereka, Rusunawa Pasar Rumput bukan sekadar bangunan, tetapi simbol harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Sementara itu, pengelola Rusunawa terlihat berusaha sebaik mungkin melayani para calon penyewa. Kursi-kursi yang disediakan tidak mencukupi, dan banyak yang terpaksa duduk lesehan di lantai.
Hal ini mencerminkan kebutuhan yang mendesak akan hunian yang layak di Jakarta, sebuah kota yang terus berkembang namun tak selalu menyediakan tempat tinggal yang memadai bagi semua warganya.