Memahami Eksibisionisme: Perspektif Psikologis dan Kasus Siskaeee

fin.co.id - 23/10/2024, 08:30 WIB

Memahami Eksibisionisme: Perspektif Psikologis dan Kasus Siskaeee

Ilustrasi eksibisionisme (Pexels)

fin.co.id - Eksibisionisme, atau dorongan untuk menunjukkan bagian tubuh, terutama genital, kepada orang lain tanpa persetujuan, sering kali dipandang sebagai perilaku seksual yang menyimpang.

Dalam konteks medis, fenomena ini termasuk dalam kategori gangguan paraphilic, yang menunjukkan ketertarikan seksual pada objek, situasi, atau individu yang tidak biasa.

Meskipun tidak dianggap sebagai "penyakit" dalam arti tradisional, eksibisionisme dapat memengaruhi kehidupan sosial dan emosional individu yang mengalaminya.

Kasus Siskaeee: Sebuah Contoh Kontroversial

Siskaeee, seorang influencer media sosial, menjadi sorotan publik setelah terlibat dalam kasus yang berkaitan dengan perilaku eksibisionis.

Tindakan Siskaeee menunjukkan bagaimana perilaku ini dapat menarik perhatian publik dan memicu perdebatan tentang batasan antara ekspresi diri dan perilaku yang tidak pantas.

Kasus ini menciptakan diskusi lebih dalam tentang dampak dari perilaku eksibisionis di era digital, di mana media sosial memberikan platform untuk ekspresi yang lebih bebas.

Eksibisionisme dalam Perspektif Psikologis

Eksibisionisme dapat muncul sebagai hasil dari berbagai faktor, termasuk:

1. Kebutuhan untuk Mengontrol: Beberapa individu mungkin merasakan kebutuhan untuk mengontrol reaksi orang lain terhadap tubuh mereka, sehingga mengekspresikan diri melalui eksibisionisme.

2. Stimulasi Emosional: Melakukan tindakan ini dapat memberikan sensasi yang kuat atau perasaan keterikatan bagi pelakunya.

3. Pengaruh Lingkungan: Paparan terhadap norma-norma seksual dalam budaya atau komunitas tertentu dapat memengaruhi munculnya perilaku ini.

Meskipun eksibisionisme dapat berakar dari kebutuhan emosional atau psikologis, penting untuk dicatat bahwa perilaku ini menjadi bermasalah ketika melibatkan ketidaksetujuan pihak lain atau menyebabkan gangguan dalam kehidupan sosial.

Penanganan dan Dukungan

Individu yang menunjukkan kecenderungan eksibisionis sering kali membutuhkan dukungan psikologis. Penanganan dapat meliputi:

- Terapi Psikologis: Terapi kognitif dan perilaku dapat membantu individu memahami dan mengatasi dorongan mereka dengan cara yang lebih sehat.

- Medikasi: Dalam beberapa kasus, dokter dapat merekomendasikan obat untuk mengelola gejala yang terkait dengan gangguan paraphilic.

Jika perilaku eksibisionis menyebabkan stres, kecemasan, atau masalah dalam hubungan sosial, penting bagi individu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental.

Sigit Nugroho
Penulis