Kesehatan . 09/10/2024, 20:06 WIB
fin.co.id - Teknologi farmasi yang semakin berkembang ini mulai beralih pada produk biologi dibanding dengan obat-obatan kimia. 65 persen obat-obatan yang dikonsumsi secara global merupakan produk biologi.
"Berdasarkan pemasaran global, 65 persen obat-obat yang dikonsumsi yang digunakan secara global adalah produk biologi. Cuma 35 persen sekarang clinical science (obat klinis) dengan total hanya per tahun yaitu 349 miliar dolar AS," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar ketika ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu 9 Oktober 2024.
Dia mengatakan, produk biologi yang merupakan bagian dari Advanced Therapy Medicinal Products (ATMPs) ini juga sudah merajai kawasan Asia Tenggara. "Khusus untuk di Asia Tenggara saja sudah 12 miliar dolar AS dan dalam waktu 3-4 tahun ke depan akan berubah menjadi dua kali lipat, sekitar 23 miliar dolar AS," ujarnya.
Dia mengatakan, ATMPs yang juga meliputi rekayasa sel, rekayasa genetik, serta rekayasan jaringan menjadi kebutuhan di bidang kesehatan. Namun demikian, pemanfaatan ATMPs sendiri baru sekitar 5 persen dari angka 65 persen tersebut.
"Kenapa 5 persen? Berdasarkan tren tadi. Dari 345 miliar, kemudian 245 miliar, kemudian yang ada cuma baru sekitar 12 miliar dolar SD. Berarti kan itu baru sebagian kecil dan itu akan terus berkembang," tuturnya.
Bahkan, ia optimistis produk-produk biologi bukan hanya 65 persen menguasai pasar, melainkan bisa terus meningkat hingga 80 persen. Oleh karena itu, kata dia, BPOM terus berupaya mendukung semaksimal mungkin peningkatan penggunaan ATMPs sebagai terapi untuk penyakit degeneratif.
"Dalam konteks memberikan jaminan, baik itu obat-obatan ataupun makanan, kita evaluasi bisa sesuai dengan standar keamanan yang tinggi. Kemudian yang kedua, kita juga ingin memastikan khasiat atau efikasi. Dan yang ketiga adalah kita sebagai regulator tertinggi dalam konteks untuk obat-obat dan makanan, kita juga ingin memberi jaminan kualitas," terang Taruna.
Dalam hal ini, pihaknya memfasilitasi penguatan laboratorium penelitian untuk pengembangan ATMPs, mulai dari laboratorium milik BPOM, swasta, hingga universitas. Diungkapkannya, saat ini BPOM memiliki 80 laboratorium di seluruh Indonesia dengan 4 di antaranya berada di pusat.
"Dari 80 yang kita miliki itu, kita juga ingin memastikan bahwa model prosesnya kita memiliki dalam konteks regulasi berupa standarisasi berstandar internasional. Kemudian yang kedua, kita menginginkan juga bahwa kita akan mengembangkan jejaringnya itu berbasis digital. Kemudian berikutnya sustainable-nya," tutur Taruna.
Adapun laboratorium yang sudah siap menangani produk-produk ATMPs sebanyak 42 lab. Sedangkan laboratorium milik stakeholder yang telah mengantongi good manufacturing practice (Cara Produksi Obat yang Baik) terkait produk biologi di antaranya Bifarma Adiluhung, RSCM, Prodia, serta Daewoong.
(Ann)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com