Program Kota Tanpa Kumuh Berhasil Reduksi Banjir dan Kawasan Kumuh di Kampung Amau

fin.co.id - 01/10/2024, 09:19 WIB

Program Kota Tanpa Kumuh Berhasil Reduksi Banjir dan Kawasan Kumuh di Kampung Amau

Program Koraku di Kampung Amau, Kabupaten Belitung, Provinsi Babel. (FIN/Sigit Nugroho)

fin.co.id - Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) telah menunjukkan keberhasilan signifikan dalam mengatasi masalah banjir dan mengurangi kawasan kumuh di Kampung Amau, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung.

Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas PUPR Belitung, Masali, menjelaskan bahwa melalui program ini, area kumuh seluas 17,29 hektare di Kampung Amau telah ditata secara efektif.

“Dari sebelumnya menjadi pusat banjir, kondisi di sini kini jauh lebih baik. Masyarakat sudah merasakan manfaatnya,” ujarnya, pada 26 September 2024, dalam agenda presstour Forum Sahabat Infrastruktur di Kabupaten Belitung.

Data menunjukkan, luas kawasan kumuh di Kabupaten Belitung berkurang drastis dari 62,01 hektare pada 2020 menjadi 19,63 hektare pada Maret 2023.

Kampung Amau, yang dikenal sering terendam banjir, kini mengalami perbaikan dengan frekuensi banjir yang menurun. Dulu, banjir bisa bertahan hingga tiga jam, tetapi sekarang air surut hanya dalam 30 menit setelah hujan berhenti.

Penataan kawasan mencakup pembangunan kolam retensi untuk menampung air hujan dan pelebaran akses jalan. Ketinggian banjir yang sebelumnya mencapai 1,2 hingga 1,3 meter kini tereduksi menjadi 20 hingga 30 cm, membuat penanganan banjir lebih mudah.

Warga setempat, Gatot, mengungkapkan rasa syukur atas hadirnya fasilitas baru seperti Taman Ciburik. "Fasilitas ini sangat bermanfaat bagi anak-anak dan ibu-ibu untuk berolahraga. Dampaknya sangat positif," katanya.

Namun, ia berharap ada pengawasan dari pihak terkait untuk menjaga kebersihan dan keamanan fasilitas tersebut.

Keberhasilan Program Kotaku di Kampung Amau memberikan contoh nyata tentang pentingnya penataan lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, sekaligus mengatasi masalah infrastruktur yang krusial di daerah rawan banjir. (*)

Sigit Nugroho
Penulis