[Editorial]: Rotasi Dana Asing ke China, Peluang bagi Indonesia Tetap Terbuka

fin.co.id - 30/09/2024, 09:30 WIB

[Editorial]: Rotasi Dana Asing ke China, Peluang bagi Indonesia Tetap Terbuka

Ilustrasi situasi perekonomian Global (net)

Oleh: Sigit Nugroho, Redaktur fin.co.id

PASAR keuangan global saat ini berada di persimpangan jalan. Stimulus besar-besaran dari pemerintah China telah mendorong reli saham di negeri tirai bambu, memicu aliran dana asing yang cukup signifikan ke pasar ekuitas mereka.

Indeks-indeks utama di China, seperti CSI 300 dan Hang Seng, melonjak tajam, masing-masing sebesar 15,7 persen dan 13 persen sepanjang bulan September. Tak heran jika para investor global, termasuk dari Indonesia, mengalihkan portofolio mereka ke China dalam upaya mencari keuntungan cepat dari likuiditas yang diciptakan oleh kebijakan moneter tersebut.

Namun, pertanyaan yang tersisa adalah: Apakah tren aliran dana ke China ini bersifat jangka panjang, atau hanya sementara?

Mengutip pernyataan PT Ashmore Asset Management Indonesia, lonjakan dana yang mengalir ke China bisa jadi tidak akan bertahan lama. Stimulus yang diberikan oleh China dinilai efektif dalam jangka pendek, namun tidak cukup kuat untuk menopang pemulihan ekonomi yang lebih fundamental.

Ekonom menilai bahwa pemulihan ekonomi jangka menengah dan panjang membutuhkan intervensi fiskal yang lebih agresif, sementara stimulus moneter hanya memberikan dorongan likuiditas sementara.

Ashmore juga memperingatkan bahwa, meskipun stimulus telah menciptakan momentum besar, pasar masih dalam fase "wait and see." Banyak investor yang bersikap hati-hati, terutama mengingat adanya pemilihan presiden di Amerika Serikat yang bisa membawa perubahan kebijakan ekonomi global.

Jika data ekonomi yang muncul dari China tidak memuaskan atau ekspektasi tidak terpenuhi, ada kemungkinan arus dana akan segera berbalik, memberikan peluang baru bagi pasar keuangan di negara berkembang lainnya, seperti Indonesia.

Indonesia, yang saat ini menghadapi koreksi pasar, sebenarnya memiliki fundamental ekonomi yang masih kuat. IHSG memang terkoreksi 0,61 persen pada pekan keempat September, terutama karena sektor-sektor seperti Consumer Cyclicals dan Transportasi & Logistik mengalami penurunan.

Namun, ini dianggap sebagai koreksi wajar setelah pasar mencatatkan reli dalam beberapa pekan terakhir. Pada saat yang sama, sektor Bahan Dasar dan Energi mencatatkan kinerja positif, naik masing-masing sebesar 5,35 persen dan 3,66 persen.

Lebih jauh lagi, kondisi makroekonomi Indonesia menunjukkan prospek positif ke depan. Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah dan penguatan rupiah menandakan bahwa likuiditas di pasar domestik masih terjaga dengan baik.

Siklus penurunan suku bunga yang baru dimulai oleh Bank Indonesia juga memberikan dorongan tambahan bagi pasar saham dan obligasi. Ini semua menciptakan lingkungan yang mendukung masuknya lebih banyak dana asing ke Indonesia dalam jangka menengah dan panjang.

Dengan adanya kepastian politik dan pemerintahan baru yang diharapkan membawa kebijakan pro-pertumbuhan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menarik kembali aliran dana yang sempat keluar.

Sejarah menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi di awal periode pemerintahan baru biasanya cenderung mendukung pertumbuhan, yang berarti prospek positif bagi investor yang beroperasi di pasar Indonesia.

Dalam konteks ini, aliran dana asing yang saat ini mengalir ke China mungkin hanya bersifat sementara. Indonesia, dengan kondisi makro yang stabil dan kebijakan moneter yang suportif, berada di posisi yang baik untuk menarik kembali perhatian investor global.

Sigit Nugroho
Penulis