fin.co.id - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Siloam TB Simatupang Prof Dr dr Yoga Yuniadi, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FEHRA mengungkapkan, 46 persen orang dengan atrium fibrilasi tidak merasakan gejala atau asimtomatik.
"Hingga 46 persen pasien AF itu tidak merasa gejala atau asimptomatik," ungkap dr Yoga ketika ditemui di RS Siloam TB Simatupang, Jakarta, 24 September 2024.
Atrium fibrilasi (AF) sendiri merupakan salah satu jenis aritmia yang ditandai dengan kondisi irama jantung tidak teratur.
Hal ini menyebabkan terjadinya gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah sehingga memicu stroke.
Baca Juga
- Ayah Bunda, Ini yang Harus Diwaspadai Jika HMPV Menulari Anak-Anak
- Faktor Meningkatnya Diabetes di Usia Muda
"(Irama jantung ireguler) menyebabkan darah bisa menggumpal. Kalau menggumpal masuk ke bilik kiri, terus dipompa, dia nyangkutnya di otak umumnya membuat stroke," paparnya.
Lantas, para penderita AF baru mengetahui menderita penyakit gangguan jantung tersebut setelah terkena stroke.
Serangan stroke pada penderita AF cepat terjadi setelah gejala muncul.
"Gejala awalnya hanya berdebar, tapi sekali berdebar karena AF, cukup waktu 24 jam, dia bisa stroke," ungkapnya.
Perlu diingat juga bahwa tingkat kerusakan tubuh panscastroke yang diakibatkan oleh AF lebih parah dibanding dengan penyakit lain.
Begitu juga dengan risiko disabilitas dan kematian yang jauh lebih tinggi.
Baca Juga
- Catat! Virus HMPV Tak Berpotensi Jadi Pandemi
- Kemenkes: Belanja Rokok Dalam Keluarga Tiga Kali Lebih Tinggi dari Belanja Telur
Oleh karena itu, pentingnya dilakukan deteksi dini secara rutin untuk mengetahui adanya penyakit gangguan jantung sehingga dapat penanganan segera.
Yoga menjelaskan, terdapat beberapa cara deteksi dini, utamanya adalah mengetahui faktor risiko AF yang meliputi hipertensi, diabetes, merokok, obesitas, usia, kolesterol, hingga faktor genetik.
"Data kita menunjukkan bahwa 50% penderita AF kita hipertensi, kemudian sekitar 30% diabetes, obesitas, dan di kita ternyata banyak penderita AF itu ada masalah ginjal," paparnya.
Ditambah dengan faktor usia, di mana rata-rata penderita yang ditemuinya masih berusia 40-65 tahun.
Lebih lanjut, skrining paling mudah yang bisa dilakukan dengan metode "Menari (Meraba Nadi Sendiri).
Metode ini dengan meletakkan tiga jari di bergelangan tangan yang sejajar dengan ibu jari untuk menghitung jumlah dan ritme ketukan.