Oleh: Sigit Nugroho
DALAM konteks ekonomi global yang dinamis, bursa saham Indonesia menunjukkan volatilitas yang signifikan, mencerminkan perubahan besar dalam kebijakan moneter. Setelah penurunan suku bunga sebesar 50 bps di AS, IHSG mengalami penurunan lebih dari 2 persen pada akhir pekan ketiga September 2024. Meskipun demikian, arus masuk modal asing yang tercatat sebesar USD1,56 miliar menunjukkan adanya ketertarikan investor terhadap pasar Indonesia.
Analisis yang dilakukan oleh PT Ashmore Asset Management Indonesia menggarisbawahi bahwa penurunan IHSG terutama disebabkan oleh sektor infrastruktur dan bahan baku, sementara sektor kesehatan dan transportasi menunjukkan pertumbuhan positif. Dalam konteks ini, terdapat pertanyaan penting: apakah saatnya beralih ke investasi berbasis value atau tetap pada growth?
Penurunan Suku Bunga: Momentum bagi Investasi Value
Penurunan suku bunga merupakan sinyal positif bagi pasar modal, yang sering kali mendorong arus masuk investasi ke ekuitas. Ashmore mencatat bahwa dalam tujuh periode pemotongan suku bunga di AS, saham value secara historis mengungguli saham growth, dengan rata-rata total return mencapai 51 persen dibandingkan 30 persen untuk growth.
Dalam konteks Indonesia, faktor-faktor yang mendukung investasi value semakin kuat, yaitu siklus penurunan suku bunga yang dimulai, potensi kebijakan pro-pertumbuhan dari pemerintahan baru, dan pelonggaran simultan oleh bank sentral global.
Ketidakpastian di Pasar: Koreksi IHSG
Meski ada harapan dari kebijakan moneter yang longgar, koreksi yang terjadi pada IHSG, terutama yang dipicu oleh dikeluarkannya saham BREN dari indeks FTSE Russel, menyoroti pentingnya ketelitian dalam memilih saham.
Saham-saham yang mengalami fluktuasi tinggi dapat memberikan risiko yang tidak sebanding dengan potensi keuntungan. Penting bagi investor untuk memahami fundamental perusahaan dan melakukan due diligence sebelum berinvestasi.
Baca Juga
Kesimpulan: Memilih dengan Bijak
Di tengah ketidakpastian dan volatilitas pasar, investor perlu mengevaluasi strategi mereka. Momen ini dapat menjadi peluang untuk memanfaatkan investasi berbasis value, yang terbukti lebih tahan banting dalam kondisi suku bunga rendah.
Dengan valuasi saham yang masih tergolong murah secara historis, serta adanya potensi pertumbuhan yang signifikan, kini adalah waktu yang tepat untuk meninjau kembali portofolio investasi.
Kesimpulannya, meskipun ada risiko, dengan pendekatan yang tepat dan pemahaman mendalam tentang investasi, pasar saham Indonesia masih menawarkan peluang yang menjanjikan. Melihat tren historis dan faktor makro yang mendukung, investasi dalam saham value bisa jadi adalah langkah yang bijak di era penurunan suku bunga ini. (*)