fin.co.id - Gerakan buruh menjelang Hari Tani Nasional (HTN) pada 24 September 2024 dinilai kian jauh dari esensi perjuangan kesejahteraan petani. Aksi tersebut dianggap telah bergeser ke ranah politik yang justru membosankan dan merugikan para petani.
Hal itu dikatakan oleh pengamat politik dari Centre for Islamic and Ethnic Studies (CIE), Muhammad Chaerul. Dia mengatakan, seharusnya yang jadi pokok aksi yakni soal kesejahteraan petani.
“Yang diperjuangkan dalam aksi ini seharusnya menyentuh kebutuhan mendasar petani, seperti akses terhadap lahan, harga pangan, dan kesejahteraan mereka. Namun sayangnya, isu yang diangkat lebih kepada kepentingan politik. Ini semakin membingungkan dan bahkan menimbulkan kejenuhan di kalangan petani,” kata Chaerul kepada wartawan, Sabtu 13 September 2024.
Chaerul menilai, gerakan buruh sudah tidak murni untuk kesejahteraan hak para pekerja. Bahkan, kata dia, menjelang HTN 2024 aksi tersebut jauh untuk kepentingan para petani.
“Masyarakat umum sudah bosan dengan tingkah dan kegaduhan mereka mengatasnamakan kepentingan rakyat. Padahal menunggangi isu hari tani demi kepentingan elite buruh,” pungkasnya.
Chaerul menilai, gerakan semacam ini tidak murni memperjuangkan hak-hak petani, melainkan menyisipkan agenda politik terselubung. Ia juga menyoroti dampak negatif aksi tersebut terhadap masyarakat umum, terutama pengguna jalan yang terganggu oleh kemacetan akibat demonstrasi.
Chaerul mengkritisi narasi yang beredar di media sosial, di mana tuntutan para demonstran justru menjurus kepada isu politik dengan seruan Tangkap dan Adili Jokowi.
Baca Juga
“Masa dalam demo Hari Tani isu yang diangkat adalah tangkap dan adili Jokowi? Ini perihal yang tidak masuk akal. Fokus seharusnya adalah pada kesejahteraan petani, tapi isu politik justru yang ditonjolkan,” tegasnya.
Ia juga menilai bahwa tuntutan semacam ini membuat esensi peringatan Hari Tani Nasional hilang. Apa yang seharusnya menjadi momentum untuk memperjuangkan hak-hak petani kini dipolitisasi untuk kepentingan kelompok tertentu.
“Masyarakat sudah bosan melihat kegaduhan yang mengatasnamakan kepentingan rakyat, padahal yang diuntungkan hanya kelompok politik tertentu,” kritik Chaerul.
Ia mengimbau agar masyarakat lebih kritis dalam menyikapi aksi-aksi semacam ini, terutama yang sarat dengan muatan politik.
“Gerakan yang tidak menyentuh inti permasalahan petani hanya akan merugikan petani. Para petani jangan mau ditunggangi kelompok-kelompok yang mengatasnamakan petani,” pungkasnya.
(Ani)