Bantah Harga Avtur Mahal, Presiden FSPPB: yang Bikin Harga Tinggi Bukan Pertamina, Tapi Kebanyakan Pajak!

fin.co.id - 18/09/2024, 14:58 WIB

Bantah Harga Avtur Mahal, Presiden FSPPB: yang Bikin Harga Tinggi Bukan Pertamina, Tapi Kebanyakan Pajak!

Presiden FSPPB Arie Gumilar (kiri), menanggapi soal isu harga avtur Pertamina mahal (FIN-Sigit Nugroho)

fin.co.id - Pekan lalu, viral soal pernyataan CEO AirAsia yang menyebut bahwa harga bahan bakar Avtur di Indonesia sangat mahal, bahkan menjadi yang termahal di Asia Tenggara atau ASEAN.

Isu tersebut terus bergulir di publik, dengan dikaitkannya harga tiket penerbangan yang ketika itu berada di titik tertinggi. Harga avtur sontak menjadi kambing hitam dibalik tingginya harga tiket pesawat.

Pihak Pertamina melalui Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari langsung memberikan klarifikasinya. Pertamina membantah bahwa harga avtur Pertamina di Indonesia mahal.

"Harga publikasi Avtur di Indonesia bisa dikatakan cukup kompetitif. Nilai kompetitif harga publikasi avtur milik Pertamina juga setara dan lebih rendah bila dibandingkan dengan harga publikasi per liter di negara yang memiliki kemiripan lanskap geografis," ujar Heppy saat itu, Minggu, 8 September 2024.

Baca Juga

Senada dengan Heppy, Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Arie Gumilar ikut bereaksi atas tudingan harga avtur Pertamina yang disebut tidak kompetitif.

Dijumpai di Kantor Sekretariat FSPPB usai penandatanganan MOU dengan ISC Lemhanas, Arie membantah bahwa harga avtur Pertamina yang mahal menjadi biang keladi harga tiket penerbangan yang tinggi.

"Soal harga avtur, kita melihat ada suatu upaya dari kepentingan global yang berupaya masuk ke pasar Indonesia. Sehingga isu avtur ini selalu menjadi isu yang direcycle terus," tegas Arie, menjawab pertanyaan fin.co.id, Rabu, 18 September 2024.

Menurut Arie, harga avtur tidak serta merta membuat harga tiket pesawat tinggi. Banyak komponen-komponen lainnya yang menyebabkan biaya-biaya tambahan, salah satunya adalah tarif Pajak.

Kondisi geografis serta jalur distribusi di Indonesia yang begitu rumit, juga menyumbang biaya-biaya tambahan dari harga avtur.

Baca Juga

Arie juga menyatakan bahwa jika membandingkan dengan harga avtur di Singapura, maka hal itu jelas berbeda, lantaran di negeri Singa tersebut proses distribusi hanya memerlukan jalur pipa saja. Sedangkan di Indonesia harus didistribusikan dengan menggunakan kapal.

Arie pun menyoroti kebijakan Holdingisasi Pertamina yang menurutnya membuat inefisiensi dalam proses distribusi avtur dan BBM, disamping juga menimbulkan pajak-pajak yang bertumpuk, yang menyebabkan beban pajak menjadi semakin tinggi.

"Di Indonesia ini komponen pajaknya berlipat ganda, berbeda dengan di Singapura. Kalau misalkan dikatakan di Singapura lebih murah, iya, disana lebih murah karena tidak ada pajak, dan di Singapura avturnya disalurkan melalui pipa, jadi harga avturnya pasti lebih murah," ungkap Arie.

"Kalau di Indonesia distribusinya harus pakai kapal, kan Pertamina harus meng-cover biaya distribusinya sampai ke DPPU-DPPU di pelosok-pelosok," sambungnya.

"Belum lagi ketika ada Holding Subholding, dulu biaya transportasi itu sudah pakai biaya Pertamina saja. Sekarang sudah harus pakai kapal PIS, perusahaan yang memiliki entitas hukum yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya penambahan pajak juga. Artinya dengan penambahan komponen pajak. Thats why dulu menolak holding-subholdingnya Pertamina," pungkas Arie. (*)

Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq

Sigit Nugroho
Penulis
-->