[Editorial] Tinggalkan Euforia, Kembali ke Realitas: Kenapa Valuasi Ekstrem Saham Harus Dihindari

fin.co.id - 17/09/2024, 10:15 WIB

[Editorial] Tinggalkan Euforia, Kembali ke Realitas: Kenapa Valuasi Ekstrem Saham Harus Dihindari

Ilustrasi pergerakan saham di IHSG (pexels-iamhogir)

Oleh: Sigit Nugroho, Redaktur fin.co.id

Di tengah kegembiraan pasar yang sering kali diwarnai euforia, bursa saham Indonesia menunjukkan sedikit kenaikan pada pekan kedua September 2024, dengan IHSG meningkat 0,18 persen ke level 7.812. Meski investor asing mencatat arus masuk sebesar USD227 juta, data dari PT Ashmore Asset Management Indonesia memberikan sinyal bahaya yang harus diperhatikan.

Ashmore menyoroti adanya lonjakan saham sektor Teknologi dan Properti yang menggairahkan pasar, tetapi jangan tertipu oleh angka-angka yang menggembirakan ini. Ada peringatan mendalam di balik angka-angka tersebut: valuasi saham yang ekstrem.

Dalam laporan terbarunya, Ashmore mengungkapkan bahwa beberapa saham yang memimpin kenaikan IHSG kini diperdagangkan dengan rasio P/E yang sangat tinggi hingga mencapai 590x. Angka ini jelas menunjukkan bahwa banyak saham kini berada pada level valuasi yang tidak rasional dan berisiko. Apakah kita sudah lupa betapa berbahayanya euforia yang berlandaskan pada valuasi ekstrem?

Valuasi saham yang melambung tinggi sering kali mencerminkan ketidakstabilan pasar. Investasi yang didorong oleh euforia tidak hanya berisiko, tetapi juga secara fundamental tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dengan banyak saham Growth kini diperdagangkan pada harga yang jauh di atas rasio P/E yang wajar, kita harus bertanya-tanya: apakah kita kembali terjebak dalam siklus spekulasi yang sama?

Kita juga harus mempertimbangkan bahwa sejak pandemi Covid-19, dominasi investor ritel yang sering kali kurang berpengalaman di pasar saham telah menciptakan ketidakseimbangan. Investor ritel cenderung mengejar saham-saham yang sedang tren tanpa memperhatikan fundamental yang kuat. Ini telah memperburuk volatilitas pasar dan mengabaikan potensi investasi jangka panjang yang solid seperti saham-saham Value.

Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa saatnya untuk menahan diri dari mengejar keuntungan cepat dan mulai berfokus kembali pada investasi yang didasarkan pada fundamental yang kuat. Saham-saham yang telah menunjukkan pertumbuhan spektakuler di masa lalu kini banyak yang mengalami penurunan drastis, bahkan beberapa di antaranya telah delisting dari bursa. Ini adalah peringatan jelas bahwa strategi investasi jangka pendek dengan risiko tinggi tidak selalu membuahkan hasil yang diharapkan.

Ke depan, investor harus lebih cermat dalam memilih saham. Fokuslah pada saham dengan dasar fundamental yang solid dan hindari godaan untuk terjebak dalam valuasi ekstrem yang bisa berakhir dengan kerugian besar. Siklus pasar mungkin akan berubah, tetapi prinsip investasi yang sehat—berlandaskan pada analisis fundamental yang matang akan selalu menjadi kunci untuk meraih imbal hasil yang berkelanjutan.

Dengan adanya arus masuk asing yang terus berlanjut dan potensi penurunan suku bunga, pasar mungkin menawarkan peluang yang menarik. Namun, kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan kebijakan dan strategi yang hati-hati, bukan dengan mengandalkan euforia dan spekulasi. Saatnya untuk kembali ke realitas dan menanamkan modal pada investasi yang benar-benar berharga. (*)

Sigit Nugroho
Penulis