fin.co.id- Muncul gerakan coblos 3 paslon di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada November mendatang. Gerakan ini muncul dari pendukung eks Gubernur DKI, Anies Baswedan yang disebut sebagai 'anak abah'.
Menurut Anies Baswedan, gerakan tersebut merupakan hak konstitusi masing-masing individu yang harus dihargai.
"Sebenarnya semua adalah hak konstitusi, jadi kita hormati, kita hargai setiap pilihan," kata Anies Baswedan, Selasa 10 September 2024.
Anies menilai gerakan itu merupakan respons terkait kondisi yang terjadi saat ini. Maka dari itu, dia meminta agar semua pihak menghargai pilihan tersebut.
"Dan ini semua adalah ungkapan rasa pikiran atas kondisi yang sekarang terjadi. Jadi kita hormati itu kita hargai sebagai bagian dari kebebasan berekspresi," katanya.
Diketahui, Pilkada Jakarta 2024 akan diikuti oleh tiga bakal pasangan calon (paslon), yakni Pramono Anung-Rano Karno, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, dan Ridwan Kamil-Suswono.
Jika pemilih mencoblos dua atau tiga paslon dalam satu kertas suara saat Pilkada nanti, maka suara menjadi tidak sah.
Baca Juga
Sementara itu, menurut Koordinator Nasional Prabowo-Gibran Digital Team (Pride) Anthony Leong, gerakan tersebut merusak demokrasi.
Anthony khawatir munculnya gerakan tersebut justru membodohi masyarakat karena hal itu tidak produktif.
"Pilkada seharusnya menjadi sarana pendidikan politik yang baik bagi masyarakat, bukan menjadi ajang untuk membuat gerakan-gerakan yang tidak produktif," kata Anthony di Jakarta, Rabu 12 September 2024.
Menurut dia, gerakan tersebut justru mengarahkan masyarakat untuk menciptakan surat suara yang tidak sah. Hal itu pun berdampak lebih buruk jika dibandingkan dengan aksi golput.
"Seharusnya momen pilkada ini untuk mengajak masyarakat Jakarta menentukan pilihannya, bukan justru mengarahkan mereka untuk membuat surat suara tidak sah," katanya.
Untuk itu, kata dia, ide tersebut tidak perlu diikuti karena hanya akan cederai proses demokrasi di Indonesia.
Ia mengimbau kepada warga Jakarta agar menggunakan hak pilihnya dengan bijak untuk menentukan pemimpin kota selama 5 tahun ke depan.
"Perhatikan dengan baik program-program dari ketiga pasangan calon, kemudian pilihlah dengan hati nurani agar Jakarta bisa menjadi kota yang lebih maju selama 5 tahun ke depan," kata dia. (*)