Namun, penjelasan ini tidak mampu meredam kemarahan publik. Tindakan bodyguard yang mengancam wartawan dengan pernyataan, "Kalau sampai wajah saya muncul di TV, saya culik satu orang!" jelas melanggar batasan profesionalisme dan etika.
Meski Atta Halilintar mengklaim bahwa ia tidak mengetahui perilaku bodyguard-nya, tindakan pemecatan langsung dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab.
“Manajemen memberikan peringatan keras dan merumahkan yang bersangkutan,” tegas Atta dalam pernyataan resmi.
Namun, langkah pemecatan ini dinilai terlambat dan tidak cukup untuk mengembalikan reputasi Atta Halilintar yang kini tercoreng. Publik dan kalangan media menilai bahwa permintaan maaf Atta dan tindakan pemecatan tidak cukup memadai untuk menyelesaikan masalah dan menyembuhkan luka yang telah ditimbulkan.
"Sekali lagi, mohon maaf lahir batin," kata Atta dalam penutup pernyataannya, yang tampaknya tidak mampu meredakan ketidakpuasan yang meluas.
Kasus ini memicu perdebatan tentang tanggung jawab publik figur dan bagaimana manajemen mereka menangani perilaku pengawal yang tidak profesional.
Sementara Atta Halilintar berusaha memperbaiki citra, pertanyaan besar tetap menggantung: apakah pemecatan cukup untuk menebus kesalahan serius yang telah dilakukan? (*)
